Kontemplasi, Efektivitas Waktu, Sikap Mental

Sebuah Habit produktif

Oleh M Isa Jatinegara

Adalah Thomas Alva Edison yang lahir di kota Milan, Ohio, amerika Serikat 11 Februari 1847. Sejak kecilnya sangat tertarik dengan buku dan rajin melakukan percobaan-percobaan kecil ilmu pasti. Umur 12 tahun berjualan Koran di kereta api bahkan sempat menerbitkan Korannya sendiri. Sedari remaja hingga sukses, tak jarang Edison menghabiskan waktunya 20 jam sehari hingga terkadang tidak tidur selama beberapa hari hanya untuk membaca, berpikir dan bereksperimen.

Paten yang mendapatkan fee pertamanya adalah alat perekam telegraf yang di beli oleh sebuah perusahaan bernama Western Union. Berkat ketekunannya Edison banyak mendapatkan pujian. Maka wajar saja dengan apa yang ditanam olehnya, dia menuai sendiri hasilnya kelak. Yang otomatis menjadikan barat sebagai yang terdepan dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Buah dari “1001 hari” kontemplasi, pemanfaatan waktu dan mental yang tertempa

Sangat disayangkan sekali jikalau waktu kita hidup di dunia ini disia-siakan dengan hal-hal yang kurang bermanfaat. Ada orang dalam sehari bisa ngurus negara, perusahaan, organisasi sedangkan ada pula orang yang mengurus dirinya sendiri saja tidak mampu. Padahal mereka diberikan modal yang sama yaitu waktu. Masalahnya adalah, sudah bisakah kita memanfaatkan waktu kita dengan baik?

Singapura, Jepang, Amerika, Israel, Bandung sama diberikan jatah waktu oleh Tuhan 24 jam sehari. Tetapi kenapa output-nya berbeda? Suatu pertanyaan yang menggelitik. Israel, negara yang mempunyai jumlah penduduk sedikit dan wilayah yang kecil mampu mendominasi dunia bersama tangan kanannya, Amerika. Singapura yang mempunyai Negara kecil sebesar Batam mampu menjadi sentra ekonomi Asia Tenggara, sedangkan Indonesia yang mempunyai Sumber daya Alam(SDA) yang melimpah malah terpuruk jatuh, siapa yang berhak disalahkan?

Bukan lawan yang jago, yang “Sakti” tapi semua ini dikarenakan kitanya saja yang memang lemah, bodoh, tidak disiplin, kurang memanfaatkan waktu dengan baik, malas berpikir, bermental pecundang, baru digebuk sedikit mewek, menyerah tanpa pernah berusaha untuk memperbaiki diri. Sudah waktunya kita memaksimalkan semua modal/potensi yang ada. Waktu, tenaga, pikiran harus kita optimalkan untuk berusaha menjadi lebih baik setiap waktunya. Biarkan elit politik ribut sibuk baku hantam, kita tidak usah ambil pusing. Tak perlu mencaci maki, menggerutu. Karena toh dengan caci maki, mengutuk tidak akan menyelesaikan masalah.

Lihatlah Damo, seorang pendeta India yang lahir pada 483M. Dia bertapa selama 9 tahun di sebuah gua dan menghasilkan 2 buah buku yang menjadi masterpiece yaitu, yi cin ching dan shii soei ching, berisikan cara melatih tubuh untuk kesehatan, panjang umur, spiritualitas dan sebagai cikal bakal kungfu shaolin yang terkenal.

Sebuah perenungan, dalam episode hidup kita, apakah kita sudah bermanfaat bagi orang lain? Masyarakat dunia? Berapa buku yang sudah anda tulis? Anda sudah bisa membuat serum untuk penderita AIDS? Wah hebat dong! Berapa banyak harta yang kita keluarkan untuk membantu saudara-saudara kita yang kekurangan? Berapa banyak waktu, tenaga dan pikiran yang kita optimalkan untuk hidup yang lebih baik!

Allah SWT berfirman dalam kitabnya sekitar 706 kali untuk menyuruh manusia, berkontemplasi, bahkan melebihi perintah shalat yang kurang dari 300 kali disebut. Ini menyiratkan signifikansi berpikir. Dengan karunia yang diberikan-Nya kita ditantang untuk menaklukan jagat raya.

Wahai kumpulan jin dan manusia jikalau kau sanggup menembus langit, tembuslah! Kau tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (QS. 55: 33)

Agar tulisan ini tidak sekadar bersifat provokatif, pembenaran atau pemicu dan berlebih-lebihan, maka tulisan ini akan saya framing dengan perkataan, bahwa, memang semua itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Perlu latihan yang intens yang akhirnya menjadi sebuah habit, memerlukan waktu, kerja keras, kerja cerdas, manajemen yang cakap dan tentu saja dibarengi dengan sikap tekun, telaten, tidak mudah putus asa, optimisme dan doa. Tapi juga tidak sesulit menghentikan waktu. Yang penting coba saja dulu. Kita tak akan pernah tahu semudah atau sesulit apa sesuatu sebelum kita mencobanya. Kita pernah sukses belajar merangkak, berjalan, hingga berhitung. Apakah kita harus ragu untuk mencoba belajar hal lainnya?

(Barangkali saat ini Edi sedang senyum sumringah menjadi masyarakat penghuni surga, itu merupakan pahala dari 1200 penemuanya. Nabi Muhammad saw. pernah berkata bahwa, sebaik-baik manusia adalah orang yang banyak manfaatnya bagi manusia lainnya. Edi.. Edi…cck.. cck)

Leave a Comment