Keren! Suku Terpencil Indonesia Jago Tulis Hangeul

Hangeul, adalah sebutan untuk huruf Korea. Bagi banyak orang yang tergila-gila akan K-Pop pastinya banyak yang tahu bagaimana cara membaca huruf-huruf Korea, bahkan tahu arti dari kata-kata yang dituliskan.

Di Indonesia, sama seperti hampir semua negara di dunia mengenal apa itu K-Pop. Bahasa dan tulisan Korea yang dulu begitu sulit dimengerti, sekarang dapat dengan mudah dipahami. Remaja yang menyukai boyband dan girlband Korea pastinya sering melihat hangeul dalam lirik lagu artis kesayangan mereka.

Jika untuk pecinta K-Pop yang biasa tinggal di kota besar pasti tidak aneh lagi jika mereka bisa mengetahui cara menulis dan membaca hangeul karena ada internet yang membuat mereka tahu. Namun, tahukah Anda jika tulisan hangeul juga diketahui oleh suku di Indonesia yang jauh dari keberadaan internet? Bahkan mereka menggunakan tulisan hangeul dalam keseharian mereka?

Tidak terbayang bukan? Bagaimana bisa ada suku di Indonesia yang jauh dari peradaban kota besar mengenal tulisan hangeul bahkan menggunakannya dalam keseharian mereka. Sedikit tidak mungkin rasanya karena apa mungkin gelombang K-Pop yang biasanya penggemarnya berasal dari kota besar bisa masuk hingga ke pelosok.

Suku yang mengenal Hangeul adalah suku di Bau-Bau Sulawesi, yaitu Suku Cia-Cia. Suku yang mempunyai jumlah penduduk mencapai 80.000 jiwa ternyata menggunakan huruf hangeul. Semua itu bukan main-main, bukan semata-mata fans K-Pop yang mempelajari hangeul supaya bisa membaca dan mengerti lirik lagu para artis favorit mereka. Namun hal ini sudah diakui dan disahkan secara resmi oleh pemerintah mengenai penggunaan hangeul.

Pasti Anda ada yang bertanya mengapa mereka menggunakan hangeul, apakah mereka tidak bisa berbahasa Indonesia? Bukan begitu, mereka hanya menggunakan hangeul untuk menulis karena bahasa ibu mereka yang jika ditulis dengan aksara latin bahasa Indonesia akan sulit untuk dituliskan. Jadi mereka masih punya bahasa ibu dan bisa berbicara bahasa Indonesia, namun karena hangeul bisa membuat tulisan bahasa mereka lebih akurat jadi mereka gunakan itu.

Aksara hangeul tidak diajarkan secara turun temurun, namun itu adalah terapan baru. Jadi nenek moyang dan orang-orang Suku Cia zaman dulu tidak bisa mengerti apa yang dituliskan jika menggunakan hangeul. Kampung yang menggunakan huruf hangeul itu diberi nama “Kampung Korea”.

Untuk melestarikan bahasa Cia-Cia ternyata ada seorang guru bahasa Inggris di SMAN6 Bau-Bau yang dibantu oleh seorang dosen dari Seoul National University memberikan pelatihan untuk menulis huruf Hangeul. Sampai saat ini telah ada 20 guru SD dan SMP yang dilatih menulis Hangeul.

Bukan hanya sampai situ, Abidin (guru tersebut) dan dua orang profesor dari Korea telah menyusun buku pelajaran tentang bahasa Cia-Cia dengan menggunakan aksara Hangeul. Buku itu menjadi pegangan untuk siswa kelas 4 hingga 6 SD. Dari 20 orang guru itu ada salah satu yang lulus dari pelatihan bernama La Ali. Dia yang fasih berbahasa Cia-Cia mengikuti kursus pada tahun 2012 di Korea Selatan. Kursus yang diikuti adalah penulisan singkat hangeul.

Hangeul 1

Dia berangkat dengan tiga guru lainnya. Dua bulan lamanya mereka balajar tulisan Korea juga bahasa Cia-Cia di Hanguk University, Seoul. Ali akhirnya tahu bahwa ada beberapa huruf Hangeul yang tidak sesuai dengan bahasa sukunya. Dalam Korea tidak ada huruf maupun kata yang berkonsonan “gh” sedangkan sukunya ada. Oleh karena itu Ali mengusulkan untuk menambahkan huruf “gh” yang mirip dengan angka tujuh dan titik di tengah lengkungannya.

Huruf hangeul di Suku Cia-Cia sudah mulai semakin luas sesudah Dinas Pendidikan, Pemuda, serta Olahraga memuatnya ke dalam kurikulum muatan lokal SD. Para siswa ternyata menganggap huruf hangeul itu menarik sehingga mereka semakin bersemangat dalam menerima pelajaran bahasa Cia-Cia.

Hangeul 2

Jika Anda jalan-jalan ke Kota Bau-Bau nanti Anda bisa melihat papan nama, rambu lalu lintas, dan petunjuk jalan yang menggunakan huruf Korea. Oh ya, belum disebutkan ya suku ini adanya di mana. Suku Cia-Cia kebanyakan ada di Kecamatan Sorawalio.

Dari pusat kota dibutuhkan perjalanan selama 1,5 jam. Untuk sampai Anda harus melewati jalanan yang menantang seperti gunung yang turun naik serta bergelombang. Kecamatan ini dikelilingi oleh lembah dan hutan, sementara rumah penduduknya berdampingan dengan lahan pertanian.

Itulah bagaimana huruf Hangeul digunakan dalam penulisan bahasa Suku Cia-Cia. Mereka tetap menggunakan bahasa Indonesia dan punya bahasa ibu tapi menulisnya dengan huruf Korea. Jadi walau dengan huruf Korea, jika dibaca tetap menghasilkan kata-kata dalam bahasa Indonesia.

Leave a Comment