TIPS ATASI TANTRUM ANAK

Mengatasi anak yang tantrum (mengamuk) bukan hal yang mudah. Apalagi jika si anak tantrum di wilayah publik (umum), tentu membuat orang tua ekstra kreatif agar cara yang dipakai bisa segera mengatasi tantrum si anak. 

Apa saja sebenarnya yang harus dilakukan oleh orang tua ketika menghadapi tantrum, baik di rumah ataupun di luar rumah (tempat umum)…? Nah, berikut beberapa tips untuk mengatasi tantrum :

1. Tanya Apa Maunya 

Saat seorang anak sedang tantrum kadang dapat diajak komunikasi (ditanya) namun kadang ada juga yang tidak kooperatif (tidak mau ditanya). Untuk yang mau ditanya, bisa langsung menanyakan apa yang dimau oleh si anak.

Tentunya cara, nada, pilihan kata dan ekspresi saat menanya pun harus tepat. Artinya kita sebagai orang tua yang sedang dihadapkan pada situasi yang tidak stabil, harus dapat bersikap dengan tepat tanpa melibatkan emosi.

Kenapa tidak boleh emosi…? Karena anak kita sedang membutuhkan perhatian dan sikap yang tepat. Usahakan untuk tidak emosi dalam menanyai anak.

Ketika maunya si anak sudah terjawab, jika memang masuk akal dan penting / manfaat silakan dipenuhi. Namun jika maunya si anak adalah sesuatu yang bisa ditunda, sebaiknya alihkan pada hal lain atau sesuatu lain yang lebih penting.

2. Cari Tempat Aman

Ketika anak tantrum, dan berada pada situasi yang ramai atau bising, silakan ajak si anak untuk berada di tempat lain yang lebih tenang / nyaman / aman.

Kenapa…?Karena ketenangan akan membuat kita dan si anak dapat berpikir dan meredakan ketegangan situasi. Cari tempat dimana kita bisa mendengar jelas perkataan anak dan juga sebaliknya. Supaya komunikasi jadi efektif, tidak saling berteriak dan menjadi tontonan orang lain.

Kondisi tantrum sebaiknya tidak menjadi ajang tontonan dan campur tangan orang lain. Tantrum harus diselesaikan oleh si anak dan juga orang tua dalam ruang private (pribadi).

Kalau sampai terjadi sebagai sebuah tontonan, kasihan si anak, bisa jadi bahan bullying dan atau labelling. Masyarakat kita masih rentan dengan dua hal tersebut. Dan kita tidak ingin anak kita yang tantrum karena minta perhatian justru mendapatkan hal lain (labelling dan bullying) dari orang yang tidak memahami kondisi tantrum.

3. Time Out (Biarkan Sebentar)

Mengatasi kondisi tantrum memang tidak mudah. Saat terjadi tantrum, sebaiknya kita tidak perlu panik atau bingung, apalagi malu dan gengsi, tidak perlu. Kondisi tantrum bukan hal yang harus membuat kita malu, karena tantrum biasanya akan dilakukan oleh anak yang masih berada di rentang usia balita / pra-sekolah.

Tantrum tidak perlu disikapi dengan marah atau malu atau gengsi. Jika terjadi tantrum cukup ambil jarak / jeda sebentar untuk membiarkan si anak sendiri menikmati tantrumnya. Tentunya saat membiarkan tetap berada dalam pengawasan kita. Membiarkan (time out) juga tidak perlu lama, cukup 3 menit saja.

Kalau terlalu lama dibiarkan kasihan si anak, dia akan mengira kita mengabaikan kebutuhannya. Dan ada kemungkinan kalau terlalu lama menangis akan memicu hormon stresnya. Tentu ini menjadi kurang baik.

Memberikan time out memiliki tujuan supaya si anak berpikir bahwa tindakan tantrumnya tidak mendapat perhatian dari orang tua. Dan ini penting, artinya bahwa untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan bukan dengan cara tantrum. Dan hal ini juga harus dijelaskan / disampaikan pada si anak saat kondisinya sudah tenang dan rileks dari tantrumnya.

Anak harus tahu bahwa untuk mendapatkan atau meraih sesuatu / keinginan bukan dengan cara yang buruk(tantrum) atau memaksakan kehendak. Saat menginginkan sesuatu anak diajarkan untuk mengkomunikasikan atau mengatakan apa keinginannya/ kebutuhannya.

4. Buat Kesepakatan

Kesepakatan dibuat setelah kondisi tantrum reda. Dibuat dengan cara berdialog dari hati ke hati menggunakan bahasa lembut dan penuh kasih sayang.

Bentuk kesepakatan dapat berupa syarat, konsekuensi, punishment dan reward, atau pengertian. Anak dikenalkan pada kondisi dan situasi dimana dia harus bertanggungjawab pada pilihan tindakannya.

Meskipun anak masih kecil, sebenarnya anak mampu untuk mengerti, mengenali, mempelajari dan memilih perilaku yang akan menguntungkannya. Ini artinya bahwa pola dan sikap asuh kita yang tidak konsisten/lemah, akan digunakan anak sebagai senjata untuk memperoleh keinginannya.

Kita tentunya tidak ingin menjadi mengalah dan selalu menuruti setiap rengekan dan tangisan anak. Kita juga tidak ingin menjadi penurut di depan anak atas segala keinginannya. Dengan dalih apapun bahkan atas dasar kasih sayang dan kecukupan materi, bukan berarti diri kita mudah untuk memenangkan apa yang diminta anak.

Hal ini bukan saja tidak baik bagi kita namun terlebih tidak baik bagi si anak. Karena anak akan berpikir bahwa dalam hidup ini apapun yang diinginkan adalah selalu ada dan terpenuhi. Jika tidak maka anak akan mengancam, mengamuk dan sebagainya. Kalau pola-pola seperti ini terus dibiarkan maka anak akan mempelajari hal yang tidak baik. Dan orang tua akan menjadi sapi perah anak.

5. Peluk Anak Dengan Sayang

Apapun yang terjadi, saat anak merasa dalam kondisi tidak nyaman, sebaiknya segera berikan pelukan kasih sayang. Apalagi saat anak tantrum, lebih membutuhkan pelukan sayang daripada setangkai lolipop.

Pelukan yang hangat dan penuh kasih sayang akan membuat nyaman dan menurunkan tingkat stres. Apalagi jika sedang terjadi tantrum. Hanya saja, ada beberapa anak menolak saat sedang tantrum kemudian dipeluk.

Beberapa anak lebih memilih untuk memuaskan tantrum lebih dulu baru kemudian bisa dipeluk. Namun ada pula anak yang saat tantrum sudah bisa merespon pelukan dan bahkan membutuhkan pelukan.

Selain menenangkan, pelukan juga menyenangkan bagi anak. Membuatnya merasa nyaman, aman, terlindungi dan hangat. Kebutuhan anak akan pelukan masih sangat tinggi. Jika kita bisa memenuhi kebutuhan ini (pelukan) maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan nyaman dan tenang. Berikan pelukan setiap hari, setiap saat dan kapanpun kita bisa.

6. Pojok Renungan

Sediakan satu tempat atau benda (kursi misalnya) dimana anak akan ditempatkan disitu untuk beberapa menit (3-5 menit). Tujuannya adalah untuk tempat merenung (berpikir) tentang sikapnya (tantrum).

Terdengar aneh, namun cara ini cukup efektif ketika berada di dalam rumah dan terjadi kondisi tantrum. Pojok Renungan memberikan kesempatan pada anak dan orang tua untuk mengambil jeda dari sebuah kondisi yang tidak nyaman (tantrum).

Saat semua sudah mereda dan tenang, hampiri anak di pojok renungan, peluk dan sampaikan betapa kita menyayanginya dan peduli dengannya. Katakan pada anak bahwa sikapnya tadi (tantrum) adalah kurang baik dan kita tidak suka dengan sikapnya. Katakan pada anak jika dia bisa bersikap lebih baik saat menginginkan sesuatu maka kita akan memberikan reward untuknya. Begitupun sebaliknya, jika anak bersikap tidak patuh, tidak baik (tantrum) maka konsekuensinya/punishmentnya adalah akan diletakkan di pojok renungan.

Lakukan hal ini secara konsisten dan ajarkan anak untuk bertanggungjawab pada tindakannya.

Itulah beberapa tips untuk mengatasi tantrum pada anak. Semoga bermanfaat dan dapat dilaksanakan sesuai kemampuan. Bagaimanapun anak adalah aset masa depan, perlakukan anak dengan baik dan penuh kasih sayang agar mereka tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat.

 

 

 

Leave a Comment