Kakiku Boleh Saja Lumpuh Karena Tsunami, Tapi Tidak Semangatku

Setiap hari, Bapak ini menjalankan becaknya dengan bantuan sebuah sepeda motor. Ia kadang bersama istri dan anaknya berkeliling kota, dari satu toko ke toko lainnya.

Bukan bermaksud untuk membeli yang dijual di toko tersebut, tapi kedatangannya adalah untuk mengais sedikit rejeki dari bekas botol minuman ringan atau kardus bekas yang tak lagi dimanfaatkan oleh si Empunya toko. Suatu kali Ia berujar, kakinya lumpuh karena tsunami yang terjadi sekitar 10 tahun yang lalu.

Sebuah besi menancap ke bagian pahanya saat berusaha menyelamatkan diri dari terjangan gelombang tsunami yang menyapu habis pesisir pantai kota Banda Aceh. Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Ia tidak sempat menyelamatkan keluarganya, istri dan anak-anaknya semua hilang dan hingga sekarang tak pernah ditemukan jasad mereka.

Luka di bagian pahanya tak kunjung sembuh. Dalam kondisi seadanya, serta pada saat itu masih terjadi kepanikan, proses operasi yang ia jalani kurang berhasil. Serpihan besi masih tersisa di pahanya, menyebabkan infeksi. Saat kondisi beangsur normal, pengobatan sudah terlambat dilakukan, alhasil hingga sekarang ia tak mampu bergerak leluasa, sesekali ia menggerakkan kakinya, namun rasa sakit masih jelas terasa.

Tak Mau menjadi Peminta

Namanya Pak Asrul, Ia merupakan satu dari sekian banyak korban tsunami Aceh di tahun 2004. Saat ini, ia hanya bekerja sebagai pengumpul botol dan kardus bekas. Dari hasil mengumpulkan botol dan kardus bekas inilah, ia menjalani kesehariannya beserta istri yang dinikahinya setelah tsunami, yang sekarang dari hasil perkawinan itu terlahirlah 2 orang anak, laki-laki dan perempuan.

Kendati nasib baik belum juga berpihak padanya dan keluarganya, semangat Pak Asrul dalam menghidupi keluarganya secara mandiri ditengah keterbatasan geraknya, menjadi sesuatu yang dapat diteladani oleh siapapun.

Baginya, selama ia tidak menjadi peminta-peminta (pengemis) maka ada banyak martabat yang bisa ia kumpulkan kembali yang memberikan ia kebanggaan tersendiri. Tsunami telah melumpuhkan kakinya, tapi kobaran semangatnya tak kan pernah mampu tersapu oleh gelombang sedasyat apapun.

Ditulis oleh : https://www.facebook.com/mohasriady.mulyono

Leave a Comment