Kisah ini datang dari negeri Tiongkok, berkisah tentang seorang pemulung yang mengadopsi 30 bayi. Ditengah serba kekurangan yang ia alami, hasrat dan keinginan kuat untuk membantu sesama tetap muncul.
Bahkan, tindakan adopsi ini telah ia lakukan selama lebih kurang 42 tahun lamanya. Sebuah kisah yang begitu heroik, dan sebuah tamparan keras bagi setiap manusia yang mendengar kisah mereka, yang mulai terkikis rasa tanggungjawabnya antar sesama.
Adalah Lou Xiaoying, seorang janda yang memiliki profesi sebagai pemulung. Hasil memulung yang hanya cukup untuk menopang kehidupannya sehari-hari, rupanya tidak pernah menyurutkan niatnya untuk membesarkan bayi-bayi yang ia temukan di tempat-tempat yang seharusnya tidak layak bagi mereka.
Bayi-bayi tersebut ia rawat dan ia jaga seperti anaknya sendiri. Hingga saat ini, ia masih tidak habis pikir kenapa bayi-bayi tersebut dibuang begitu saja oleh orang tua yang telah melahirkan mereka ke dunia. Padahal, di luaran sana, masih banyak pasangan suami istri yang masih harus berjuang dalam waktu yang sangat lama untuk mendapatkan seorang bayi.
Kisah yang Menyadarkan Kita Semua
Cerita Lou Xiaoying memantik kesadaran kita bahwa masih banyak orang-orang yang tidak bertanggungjawab di dunia ini, yang sesuka hati membuang bayi mereka di jalanan. Lou Xiaoying, tentu saja hanya mampu menyelamatkan sedikit dari sekian banyak bayi yang setiap tahun dibuang karena berbagai alasan, diantaranya karena ekonomi, malu karena bayi yang dihasilkan adalah bayi diluar nikah, dan berbagai alasan lainnya.
Namun, dari orang-orang seperti Lou Xiaoying, kita bisa melihat bagaimana seseorang tidak pernah memiliki alasan lain selain alasan untuk menolong sesama. Ia memang tidak berkecukupan untuk membiayai seluruh bayi yang ia adopsi, namun ia percaya bahwa tanggung jawab menolong sesama tidaklah datang ketika seseorang sudah merasa berkecukupan.
Kebaikan hatinya, tidak dapat diukur dengan materi berapapun jumlahnya. Hati yang mulia akan tetap menuntun seseorang untuk berguna bagi orang lain, tanpa harus menunggu kesempatan. Karena setiap waktu, selalu ada saja orang yang membutuhkan bantuan kita.
Ditulis oleh : https://www.facebook.com/mohasriady.mulyono