Sikap manja sudah dibawa sejak lahir dan bisa menjadi sebuah sifat turunan. Hal ini memang tidak bisa kita bantah karena bukan kita yang menginginkannya. Sifat tersebut juga bisa dimiliki oleh kita sebagai pria atau wanita. Sifat manja bisa menjadi menarik, namun bisa juga menjadi bumerang. Hal ditentukan sejauh mana kita bisa mengendalikan sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Namun tidak sedikit yang merasa kurang senang ketika sifat tersebut masih menempel dalam diri. Rasa tidak senang tersebut bisa didapat dari orang lain atau malah dari diri kita sendiri. Karena bagaimanapun sifat manja tidak selamanya akan menarik setelah kita bergaul dengan orang lain.
Manfaat buruk yang akan didapat jika kita masih memelihara sifat ini ada cukup banyak. Contohnya, kita yang telah berusia 30-an, namun masih memiliki sifat manja terlihat jelek di mata orang lain. Selain itu, kita yang bersifat manja akan memiliki mental yang lemah ketika berada dalam lingkungan yang baru.
Namun bagaimanakah caranya agar sifat tersebut bisa hilang dalam diri kita? Ada beberapa cara yang bisa membuat sifat tersebut lambat laun menjauh dari diri kita.
1. Pergi merantau
Tidak ada yang bisa membantah sikap ini menjadi cara yang paling ampuh untuk menghilangkan sifat manja. Terlebih jika dilakukan dengan lokasi yang sangat jauh, seperti luar pulau atau luar negeri. Dengan niat ingin merantau, kita sudah memiliki nilai tambah dalam hal penghapusan sifat manja dibanding mereka yang hanya berdiam diri di dekat rumah.
Merantau memiliki banyak manfaat untuk mendidik kita semakin mandiri. Kita akan dituntut untuk bisa hidup sendiri tanpa orangtua. Selain itu, kita juga dituntut untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru yang asing bagi kita. Lingkungan tersebut yang akan menjadi “orangtua” bagi kita selama merantau.
Namun untuk melakukan ini tidak akan mudah. Kita mungkin saja bertentangan dengan batik kita sendiri. Selain itu, kita juga mungkin saja akan bertentangan dengan orangtua yang selama ini ada di dekat kita. Hanya tekad kuat dan doa dari merekalah yang bisa memuluskan niat tersebut, demi sikap kemandirian.
2. Membiasakan hidup mandiri
Sikap mandiri diyakini bisa menghilangkan sifat manja dalam diri. Namun jika tidak ingin merantau, sikap mandiri juga bisa dilakukan di rumah. Kita bisa membiasakan untuk hidup mandiri mulai dari kamar. Biasakanlah semua urusan kamar dikerjakan dengan sendiri, mulai dari menyuci pakaian, menyetrika, hingga menata kamar tersebut.
Ketika kamar sudah bisa kita taklukan, biasakanlah dengan ruang yang lebih besar, yakni rumah. Janganlah memakai pembantu atau asisten rumah tangga, gunakan kemampuan kita untuk mengurusi rumah tangga, mulai dari membereskan isi rumah hingga ke urusan administrasi, seperti urusan membayar tagihan.
Setelah rumah terkuasai, lakukan hal ini di lingkungan yang lebih besar lagi, yakni lingkungan. Namun yang lebih penting, usahakanlah untuk mulai dari diri kita sendiri. Lawanlah sikap manja tersebut untuk bisa mengerjakan semua urusan tersebut. Ketika rasa manja mulai merasuki, kita harus benar-benar kuat untuk bisa memberontak.
3. Berteman dengan masalah
Apakah ada yang salah dengan judul dari poin ini? Tentu tidak karena kita bukan dituntut untuk menjadi orang jahat agar selalu dekat dengan masalah. Masalah memang bisa datang kapan saja dan di mana saja tanpa kita minta. Dengan adanya masalah tersebut biasanya sering membuat kita kewalahan dan titik paling ekstrem ialah kita yang menyerah.
Untuk menghilangkan sifat manja ini, solusinya ialah kita jangan pernah lari dari masalah yang hinggap. Kita harus bisa menghadapinya dan menyelesaikannya. Namun ternyata tidak hanya sampai di sana, kita juga harus membiasakan diri untuk “bergaul” dengan masalah.
Masalah yang hinggap akan disesuaikan dengan usia kita. Semakin kita berusia matang maka sejumlah masalah yang besar akan datang. Semakin matang pula kita maka itu yang akan menjadikan kita orang kuat. Ketika menghadapi semua yang tidak kita sukai, bersabarlah dan selesaikan dengan cara terbaik. Lambat laun kejadian ini akan mendidik diri kita untuk semakin kuat dalam menjalani kehidupan.
4. Ditinggal orangtua selamanya
Peristiwa ini pasti tidak kita inginkan untuk terjadi. Namun kita harus percaya kepada takdir kala kejadian ini menimpa kita. Dalam poin ini ada beberapa persepsi yang bisa diambil, yakni ditinggal meninggal, ditinggal bercerai, atau ditinggal bekerja di wilayah yang jauh. Namun apa pun kondisinya, kejadian ini sangat tidak mengenakan.
Ketika kita mengalami hal ini, kita sudah tidak bisa lagi meminta bantuan kepada orangtua. Yang ada hanyalah diri kita yang dituntut untuk bisa melakukannya dengan serba sendiri. Mental kita akan ditempa dengan berbagai keadaan yang tidak pernah kita bayangkan.
Untuk yang ditinggal di usia yang masih kanak-kanak, sejujurnya dapat dikatakan bahwa dari segi kasih sayang kurang beruntung. Namun di sisi lain kita akan ditempa menjadi orang yang dewasa pemikirannya serta tingkah laku sejak dini. Setelah kita benar-benar dewasa, kita akan merasa siap menjalani semua cobaan besar yang telah menunggu.
Tidak ada yang menginginkan sifat manja, namun bisa kita kelola untuk menjadi jalan menuju kedewasaan.