Oleh: Rahmat Hidayat Nasution
Di dalam beberapa kitab tazkiyatun nafs, seperti Tanbiihul Ghaafiliin, Al-Jauharul Mauhuub wa Munabbihatul Quluub, dan Al-Mawaaidz al-‘Ushfuuriyyah, dicantumkan kisah ganjaran yang diberikan Allah kepada seorang wanita yang pelit bersedekah saat ia hidup. Berikut petikan kisahnya.
Suatu hari datang kepada Nabi Saw., seorang wanita dengan tangan kanan yang tidak berfungsi (lumpuh).
“Ya Rasul, berdoalah kepada Allah untuk tanganku ini agar bisa berfungsi kembali seperti semula,” pintanya kepada Rasulullah Saw.
“Kenapa tanganmu bisa seperti itu?” tanya Rasulullah kembali.
Lalu diceritakan wanita tersebut apa yang terjadi dengan dirinya.
Saya bermimpi seakan kiamat telah terjadi. Neraka jahannam telah menyala dan surga telah terhidang. Di dalam neraka terdapat beberapa lembah. Kulihat ibuku berada di salah satu lembah tersebut. Di tangan kanannya terdapat lemak dan di tangan kirinya terdapat lap kecil yang menghindarkan tangannya dari terkaman api neraka.
“Mengapa ibumu bisa berada di lembah tersebut?” Bukankah ibumu orang yang taat kepada Allah dan Ayah selalu ridha dan sayang terhadap ibu?” tanyaku kepada ibuku.
“Anakku, se-masa di dunia ibu pelit. Di sinilah tempat ibu.”
“Lalu apa maksudnya lemak dan kain yang menempel di tangan ibu?”
“Ini adalah balasan sedekah ibu saat masih di dunia. Selama hidup, ibu tidak pernah bersedekah kecuali lemak dan kain lap. Dua benda inilah yang melindungi tangan ibu dari sengatan api neraka.”
Aku pun bertanya kembali, “Ayah di mana, Bu?”
“Ayahmu dermawan. Tentulah ia sedang berada di surga di tempat orang-orang yang dermawan.”
Aku bergegas ke Surga untuk menemui ayahku. Kulihat ayahku sedang berdiri di dekat telagamu, ya Rasul. Ia sedang memberi minum manusia, menerima gelas dari tangan Ali. Ali dari Utsman. Utsman dari Umar. Umar dari Abu bakar. Abu Bakar dari tanganmu, ya Rasul.
‘Wahai Ayah! Mengapa ibuku yang taat kepada Allah dan patuh dengan Ayah tega ayah biar berada di salah satu lembah di neraka? Sedangkan Ayah sibuk memberi minum manusia dari telaga Rasulullah. Ayah, ibuku haus di neraka sana. Berikanlah ia seteguk air saja,” pintaku kepada Ayah.
“Wahai anakku, ibumu itu berada di tempat orang yang pelit dan orang yang berdosa. Allah mengharamkan air telaga ini diberikan kepada orang-orang yang pelit dan orang-orang yang berdosa.” Ayah menolak untuk memberikannya.
Aku nekad mengambilnya se-gelas, untuk diminumkan kepada ibuku. Ketika ibuku sedang minum, kudengar suara, “Semoga Allah melumpuhkan tanganmu karena kamu datang memberi minum kepada orang yang pelit dari telaga Muhammad.”
Aku terbangun. Dan kulihat tanganku menjadi lumpuh.
Nabi Saw. bersabda, “Kepelitan ibumu telah menghukummu di dunia ini. Begitulah nanti yang akan dirasakan ibumu ketika dihukum Allah?”
Aisyah menceritakan, Nabi Saw. lalu menaruhkan tongkatnya ke tangan kanan wanita itu dan berdoa, “Ya Allah, dengan kebenaran mimpi yang dituturkan wanita ini sembuhkanlah tangannya seperti semula.”
Tangan kanannya pun sembuh, dan dia pun segera bertaubat kepada Allah Swt.
Apa yang layak dipetik dari kisah yang diceritakan Aisyah, isteri Rasulullah Saw. tersebut? Hemat saya, ada tiga hal. Pertama, jangan ragukan kalau surga dan neraka itu memang ada. Karena itu, tak pantas bila kita tak menyiapkan diri untuk masuk ke surga dan menjauhkan diri segala perilaku yang bisa menuntun ke neraka. Cerita adanya telaga Rasul Saw. di dalam surga menjadi salah satu kenikmatan yang bakal dirasakan oleh penduduk surga nantinya. Oleh sebab itu, sering-sering berdoa kepada Allah agar diizinkan merasakan telaga Rasulullah. Kalau sudah merasakan telaga Rasulullah Saw, dipastikan kita berada di surga.
Ada riwayat dari Abu Said yang menarik untuk diingat agar menguatkan kita saat beribadah. Rasulullah Saw. bersabda, “Bila penduduk surga memasuki surga, maka akan terdengar suara, “Inilah saatnya kehidupan abadi. Saat yang menjadikan kalian selalu sehat dan tak akan pernah sakit. Saat yang membuat kalian menjadi seperti remaja dan tidak pernah tua. Saat yang membuat kalian menerima kenikmatan. Tak akan susah untuk selama-lamanya. Semua ini seperti apa yang difirmankan Allah Swt. “Mereka diseru. Inilah surga yang diwariskan kepadamu karena amal yang kamu kerjakan.” (QS. Al-A’raf [7]: 43)
Kedua, telaga Rasulullah Saw. sudah ditetapkan menjadi balasan untuk-untuk orang dermawan di akhirat kelak. Beruntung sekali bila kita tergolong orang yang dermawan. Setiap kali kita bersedekah makin dekat kesempatan kita menikmati telaga Rasulullah Saw. di akhirat kelak. Sungguh, ini kenikmatan yang luar biasa. Di dunia saja sedekah yang diberikan kepada orang lain, mendapat balasan langsung dari Allah Swt. saja kita begitu senang. Apalagi sampai dapat merasakan telaga Rasulullah Saw.
Bila dikaji di dalam al-Qur’an, Allah mengganti setiap harta yang disedekahkan dengan jumlah minimal 10 kali lipat. Bisa dilihat di surat al-An’am [6]: ayat 160. Allah menjanjikan balasan 10 kali lipat bagi mereka yang berbuat baik. Bersedekah adalah salah satu perbuatan baik. Bahkan di dalam surat al-Baqarag [2] ayat 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 kali lipat.
Maka layak bila kita sering mengingat-ingat hadis yang didengar Ali Kwh dari Rasulullah Saw,”Sedekah, jika telah dikeluarkan dari tangan pemiliknya, lebih dahulu berada di ‘tangan’ Allah, sebelum sampai ke tangan orang yang menerima sedekah. Lalu sedekah itu akan mengucap lima kalimat: Aku kecil kau besarkan, aku sedikit kau perbanyak, aku musuh kau cintai, aku fana kau kekalkan, kamu penjagaku, kini aku menjagamu.”
Ketiga, jika tidak mau berbagi kepada orang lain, siap-siaplah menjadi penghuni neraka. Sekiranya sedekah hartanya cuma sedikit, tentu hanya itu yang akan dibawanya ke akhirat kelak. Riwayat yang diutarakan Aisyah ra. di atas sudah jelas menceritakan bagaimana nasib dan kondisi orang pelit di dalam neraka.
Di dunia saja sudah sering disaksikan kalau orang pelit sering dijauhi masyarakat. Masyarakat malas berteman dengannya. Apalagi di akhirat, tak akan ada yang bisa menolongnya ketika sudah berada di neraka. Persis seperti apa yang dikatakan Rasulullah Saw., “Orang pelit jauh dari Allah, jauh dari surga-Nya, dan jauh dari manusia, tapi dekat dengan neraka-Nya. Dan orang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surganya, gampang bergaul dengan manusia, dan jauh dari api neraka.”
Karena itu, marilah kita menjadi golongan orang dermawan. Golongan yang akan mendapatkan air dari telaga Rasulullah Saw. Amin.