Cara untuk menjadi penulis ada beragam yang bisa ditempuh. Kamu tidak perlu punya gelar sarjana sastra untuk jadi penulis. Siapapun bisa menjadi penulis. Syaratnya asal punya kemauan, kemampuan pun bisa diasah. Lihat saja sastrawan Ahmad Tohari, dia bukan lulusan Sastra. Ahmad Tohari jebolan kedokteran hewan. Nyatanya, Tohari mampu menerbitkan novel yang terkenal. Andrea Hirata, penulis Laskar Pelangi itu meraih gelar sarjana dan master di bidang ekonomi. Menjadi penulis tidak membutuhkan ilmu khusus.
Hal yang paling penting adalah kemauan, ketelatenan, keuletan, dan mau terus belajar. Selain itu juga terbuka pada kritik. Susah juga jika penulis antikritik dan merasa tulisannya sudah paling benar. Ada sebuah proses kreatif panjang yang dilewati setiap penulis. Tidak bisa instan, langsung jadi. Yang paling penting adalah kemauan belajar yang tinggi. Tidak susah kok, sangat mudah. Asal menjalani dengan hati.
Memang pada awalnya terasa berat. Apalagi ketika kita sama sekali tidak tahu menahu tentang tema yang akan kita tulis. Tetapi perlahan pastilah kita bisa mengatasi persoalan tersebut. Ada beberapa hal yang bisa dipraktikkan dalam menulis. Tenang saja, ini bukan harga mati. Semacam penawaran, boleh ikuti boleh juga tidak.
Menulis itu menjemput mood, bukan menunggu mood. Suasana yang nyaman bisa diciptakan oleh diri sendiri. Misal Anda nyaman ketika menulis dengan kondisi meja bersih, ada secangkir kopi, musik, maka ciptakanlah suasana seperti itu. Nah, jika mood atau suasana hati sudah terbentuk maka mulailah menulis. Lama kelamaan kebiasaan menulis akan terbentuk dengan sendirinya. Bisa jadi, dalam kondisi apapun Anda bisa menulis.
Terkadang ketika ada di luar rumah, ide menulis sering kali muncul. Tapi kondisi tidak memungkinkan untuk membuka laptop. Di kondisi seperti ini, pasti rasanya ingin buru-buru sampai rumah, buka laptop, dan menulis. Jika Anda memiliki smartphone dengan fasilitas memadai, pakailah smartphone Anda tersebut untuk menampung sementara ide nakal Anda. Jika tidak, bawalah notes kecil dan pulpen, catatlah poin-poin apa saja yang ingin Anda tulis. Tujuannya agar tidak menguap begitu saja di jalan. Sesampainya di rumah, tuangkanlah ide-ide yang sudah disimpan tadi ke dalam sebuah tulisan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menulislah dengan hati. Setelah itu barulah perbaiki tulisan Anda itu dengan pikiran. Saya teringat, seorang penulis novel anak, A. Ataka Awwalurizqi pernah berkata kepada saya bahwa menulis adalah berperang melawan rasa bosan dan membaca adalah pedangnya. Nah, jadi ungkapkan saja apa yang ada di kepala Anda ke tulisan. Jangan pikirkan dulu, tulisan itu sudah sesuai dengan kaidah atau belum. Setelah selesai, baru periksa kembali tulisan tersebut.
Kendala yang paling sering dialami penulis adalah kehabisan ide. Bisa juga ide ada di kepala tetapi Anda tidak bisa menuangkannya. Jika ada pada kondisi demikian, artinya Anda perlu refreshing sejenak dari depan layar laptop. Tutup laptop, kemudian lakukan hal-hal yang Anda suka. Anda bisa membaca buku yang bertema ringan. Selain menyegarkan pikiran, membaca juga bisa menambah referensi Anda dalam menulis. Bukan hanya soal pengetahuan, akan tetapi kosa kata baru, cara atau gaya menulis bisa juga jadi referensi.
Selain itu Anda bisa berjalan-jalan, menonton film, mendengarkan musik, atau hal-hal lain yang dapat membangkitkan mood Anda. Dari kegiatan yang membuat hati senang itu terkadang kebuntuan-kebuntuan itu kembali cair. Ide-ide kembali mengalir dengan lancar dan Anda bisa menghasilkan karya-karya baru. Nah, itulah sedikit berbagi pengalaman cara menjadi penulis.