Manusia memiliki anugerah yang sangat besar, yakni adanya otak. Otak tersebut difungsikan untuk berpikir sebelum melakukan sebuah tindakan. Semua yang manusia lakukan itu adalah perintah dari otak kita. Namun sayangnya manusia lebih sering tidak menggunakan otaknya dan pada akhirnya akrab dengan banyak kesalahan-kesalahan yang mendasar.
Jika kita berpikir bahwa manusia memang kerap melakukan sejumlah kesalahan, hal itu memang bisa dimaklumi. Akan tetapi, jika manusia tersebut melakukan sejumlah kesalahan yang kita sendiri tahu bahwa itu salah, tentu itu harus dipertanyakan. Sejatinya manusia yang mempunyai otak adalah yang bisa menghindari kesalahan yang ada di depannya.
Jika ingin tahu kesalahan dan tindakan konyol yang sering kita lakukan, ada baiknya untuk menyimak artikel berikut ini. Mungkin saja kamu salah satu yang pernah atau bahkan sering melakukannya.
• Bermain ponsel saat mengendarai kendaraan
Tidak dapat dipungkiri bahwa kini ponsel sudah menjadi alat yang penting dalam kehidupan manusia. Tanpa ponsel hal itu rasanya akan mustahil. Dengan ponsel yang murah atau bahkan yang canggih sekalipun, kita akan lebih sering bermain dengannya. Bahkan tidak jarang kita “melupakan” lingkungan sekitar, termasuk keselamatan selama di jalan.
Saking pentingnya ponsel maka kita sering menggunakannya dalam berbagai keadaan, tidak peduli ketika sedang dalam berkendara sekalipun. Tentu hal itu merupakan pelanggaran karena bisa mengakibatkan kecelakaan. Bahkan bukan ancaman bagi diri sendiri, melainkan juga untuk orang sekitar.
Akan tetapi, apa mau dikata. Hal konyol tersebut memang sudah melekat dengan kebiasaan kita sehari-hari. Seolah-olah kita sudah tidak peduli dengan faktor keselamatan.
• Tidak pakai helm ketika bermotor
Helm sama pentingnya dengan ponsel. Jika ponsel penting untuk kehidupan, sedangkan helm penting ketika berkendara. Helm berfungsi untuk melindungi kepala jika terjadi kecelakaan. Bahkan pemakaian helm pun mendapat sorotan tajam. Helm yang dikenakan oleh pengendara haruslah sesuai standar SNI, di antarnya harus melindungi kepala secara penuh, bukan separuh layaknya helm proyek.
Akan tetapi, apa yang terjadi di jalanan kini? Sangat banyak pengendara yang abai dengan keselamatan tersebut. Mereka dengan gagahnya memacu motornya tanpa mengenakan pelindung kepala. Tidak jarang juga mereka melakukannya dalam ajang balapan liar. Tentu hal itu akan sangat berisiko.
Helm sudah merupakan kewajiban dan itu harus membutuhkan kesadaran kita sendiri. Kita tidak akan tahu kecelakaan itu kapan mengintai. Cedera pada kepala akan jauh lebih berbahaya jika cedera pada bagian tubuh lainnya.
• Gemar menerobos lampu lalu lintas
Peraturan dibuat untuk ditegakkan dan dipatuhi. Dengan adanya peraturan tersebut, itu akan membuat seluruh aktivitas berjalan pada tempatnya. Peraturan tersebut ada pada keberadaan lampu lalu lintas.
Fungsi lampu lalu lintas adalah untuk mengatur semua kendaraan. Tentu kita semua sudah tahu fungsi dari ketiga warna lampu itu, bukan? Dengan adanya lampu lalu lintas itu akan melancarkan semua arus kendaraan yang lewat. Dengan begitu, risiko tabrakan akan dapat diminimalisasi.
Namun sayang yang terjadi tidak demikian. Banyak pengendara yang dengan beraninya menerobos lampu lalu lintas. Memang hal itu tidak dilakukannya ketika kendaraan sedang padat. Akan tetapi, jika sedang sepi pun rasanya aturan tersebut haruslah ditegakkan. Sangat disayangkan jika terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh kekonyolan kita sendiri. Berhentilah ketika lampu merah menyala dan jalan ketika lampu hijau menyala.
• Nyebrang motor melewati jembatan penyeberangan
Jalan raya yang kondisinya padat seringkali diberikan berbagai fasilitas, salah satunya dengan jembatan penyeberangan orang. Dengan adanya jembatan tersebut, itu akan membantu pejalan kaki untuk menyebrang. Mereka tidak perlu susah dan berlama-lama menunggu kosongnya jalan.
Meskipun adanya jembatan penyeberangan tersebut, rasanya kita yang bermotor gemar melakukan jalan pintas. Ya, banyak motor yang menggunakan fasilitas yang sedianya difungsikan untuk pejalan kaki itu.
Mereka melakukannya dengan tanpa rasa bersalah karena telah merampas hak pejalan kaki. Rata-rata alasan yang mereka kemukakan adalah ingin cepat sampai. Untuk itulah, mereka menyeberang dengan jembatan. Lalu, timbul pertayaan, mengapa ingin memiliki motor jika tidak bisa menerima risikonya?
• Trotoar itu bukan untuk motor, tapi untuk pejalan kaki
Sama halnya dengan jembatan penyeberangan, trotoar pun difungsikan untuk pejalan kaki. Ketika kendaraan semakin menyemut, pejalan kaki pun harus diperhatikan. Adanya trotoar itulah yang akan menyelamatkan mereka.
Akan tetapi, sangat disayangkan hak mereka sering dirampas oleh pemilik kendaraan bermotor yang tidak bertanggung jawab. Tengok saja ketika jalanan sedang macet, tidak sedikit kendaraan bermotor yang menggunakan trotoar sebagai jalan. Tentu hal tersebut melanggar aturan. Namun lagi-lagi mereka melakukannya tanpa rasa bersalah sedikit pun. Jika bertanya, di manakah seharusnya jalan untuk motor, trotoar ataukah aspal?
• Melanggar rambu-rambu yang jelas ada peringatan “DILARANG”
Peraturan yang dibuat jelas dutujukan untuk ditegakkan. Bahkan semua peraturan dibuatnya dengan cukup jelas sehingga bisa mudah terlihat oleh pengendara. Begitu juga dengan tanda-tanda pada peraturan. Hal itu diyakini sudah banyak diketahui maksud dan maknanya.
Namun entah apa yang terjadi dengan masrakakat yang melakukan pelanggaran. Dalam rambu tersebut sudah jelas tertera bahwa itu adalah sebuah larangan. Akan tetapi, mereka tetap melakukannya sehingga tidak jarang hal itu akan berakibat peringatan. Hal yang lebih parah tentu saja jika samapi terjadi kecelakaan.
Kebiasaan pengendara yang tidak bertanggung jawab memang sering melakukan ini. Ketika ada peringatan yang jelas tertera, malah dilanggar dengan sengajar. Apa rambu-rambu tersebut dibuat kurang besar?
• Berdamai dengan aparat ketika melanggar
Adanya peraturan yang dibuat akan menyebabkan orang menjadi patuh atau juga melanggar. Jika melanggar tentu akan ada sanksi yang diberikan. Sanksi itu akan diberikan oleh sejumlah aparat penegak hukum. Untuk melakukan itu semua, aparat tersebut telah didukung dengan Undang-Undang yang memuat sejumlah aturan dan sanksi tersebut.
Namun sangat disayangkan ketika aparat yang bertugas menegakkan hukum, malah mencoreng hukum itu sendiri. Di lapangan banyak oknum aparat yang bersedia menerima “uang damai” dari para pelanggar. Atasa nama jalan pintas, semua itu rela dilakukannya.
Hal ini sebenarnya tidak bisa hanya menyalahkan kepada aparat semata, namun juga kepada pelanggar itu sendiri. Di sana tidak ada kesadaran akibat perbuatan yang telah dilanggarnya. Semua itu tentu harus dibenahi agar hukum dapat berjalan dengan semestinya.
Dengan sejumlah kelakuan konyol tersebut, rasanya kita tidak harus berada di antaranya. Kita bisa mematuh peraturan dan hukum yang berlaku. Dengan begitu, semuanya akan berjalan sesuai jalannya. Apakah kamu pernah melakukan satu di antaranya?