Baru-baru ini, media sosial Indonesia dihebohkan dengan berita mengenai lambang iluminati yang bersebaran, belum lagi lambang Allah terbalik yang terpasang di sebuah hotel di kawasan Bandung, dan lambang-lambang lainnya. Lantas sekarang, dunia berita Indonesia dihebohkan lagi dengan simbol palu arit yang dikenakan oleh putri Indonesia.
Oke, siapa yang hari ini mendengar kabar tentang baju palu arit Putri Indonesia? Lalu siapa yang pada hari ini mengunggah fotonya dengan baju bergambar palu arit? Satu-satunya orang yang saya lihat berani mengunggah foto berbaju palu arit adalah penyair Saut Situmorang.
Saat melihat sang penyair mengunggah foto berbaju palu arit tersebut, saya langsung terinspirasi untuk menulis artikel ini dan meminta izin untuk memajang foto sang penyair dengan baju palu aritnya di sini.
Jika kamu berpikir saya pro terhadap palu dan arit, maka saya katakan “ya” karena tanpa palu, kamu tidak bisa menjadi buruh dan tanpa arit kamu tidak bisa menjadi petani. Atau jika kamu tidak ingin menjadi keduanya, maka tanpa keduanya kamu tidak akan menjadi apa-apa.
Sebelum mencibir dan menyudutkan orang karena simbol, apakah kamu sudah benar-benar memahami hakikat simbol komunisme dan palu arit tersebut? Jika tidak, silakan cari tahu dulu apa yang dimaksud dengan komunisme dan apa makna yang terkandung di balik palu dan arit tersebut. Aatau kamu bisa bertanya pada sang penyair Saut Situmorang tentang hal tersebut (atau mungkin tentang kenapa dia pakai baju palu arit, atau mungkin lagi, kenapa dia unggah foto berbaju palu arit tersebut).
Tentang Komunisme dan Palu Arit
Saya tidak akan menjabarkan apa itu komunisme dan palu arit secara lengkap karena saya bukan pakar yang bisa menjelaskannya secara detail. Saya hanya akan berbagai sedikit pendapat tentang hal ini. Tentang paham yang pada mulanya dibangun untuk mengoreksi kaum kapitalis dan tentang gambar yang pada awalnya dibuat sebagai simbol persatuan antara kaum buruh dan petani.
Namun, sebuah kejadian yang menimpa masyarakat Indonesia di masa lalu tentang PKI (Partai Komunis Indonesia) berhamburan di telinga masyarakat, bahkan di jiwa masyarakat. Meskipun saya tidak cukup berani untuk mengungkapkan kebenaran mengenai sejarah tersebut, namun tidak bisakah kita hidup tanpa dendam dan prasangka? Tidak bisakah kita hidup tanpa memakan bulat-bulat mitos yang terbuat dari sejarah? Tidak bisakah kita menilai makna pada sebuah simbol dengan pikiran dan hati yang cukup indah? (saya tidak mengatakan benar atau salah).
Setidaknya, mitos tentang sejarah PKI yang berhamburan inilah yang ingin saya tanyakan pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Seberapa pentingkah makna simbol di hadapanmu? Jika itu penting, tolonglah analisis simbol berdasarkan pemahaman yang baik dengan pendekatan yang baik pula. Jika tidak, maka Indonesia akan selamanya melihat simbol sebagai sesuatu yang tinggi, namun tanpa pemahaman yang mumpuni. Jika tidak, maka Indonesia akan selamanya bercerai berai hanya karena kebodohan yang sungguh TERLALU. Jika tidak, maka Indonesia akan selamanya jadi budak mitos, dendam, dan prasangka.