“Eh.. cowok yang duduk di pojokan kantin itu, si anak Jurusan Teknik Elektro yang fenomenal itu kan?”
“Siapa Ra? Cowok yang mana?”
“Itu yang pakai baju Kotak-kotak biru.”
“Ooo… si Genta maksudnya?”
“Lho, koq kamu tahu nama cowok misterius itu?” Rara melihat menyelidik ke arah Windy.
“Dia itu mantan pacar teman SMA-ku Ra yang kebetulan tinggal pas depan rumah, kenal dekat sih tidak. Sebatas tahu nama dan hanya basa-basi biasa,”
“Oooo.. kirain kamu dekat, mau dong dikenalin sama Genta, ya kan Dis?” Rara tangan mencolek Disa yang sedari tadi Cuma diam membisu.
“Dis… koq kamu diam terus sih. Kamu mau kan dikenalkan sama Genta?”
“Ahhh… maaf tadi bilang apa?”
“Disaaaa…. Kamu melamun lagi ya?”
“Maaf, saya lagi tidak enak badan. Kalau gitu saya masuk ke kelas duluan ya,”
“Ooo.. ternyata cowok itu namanya Genta,” Disa membatin sambil beranjak meninggalkan kantin kampus.
Hai, nama saya Disa, tepatnya Disa Prasasti Kuncoro. Kalian bisa memanggil saya, Disa. Saya anak pertama dari tiga orang bersaudara. Rara dan Windy, dua sahabat karib yang selalu setia mengisi hari-hariku, baik di kampus maupun di luar kampus.
Kehidupan percintaanku tidak pernah berjalan mulus. Selaaalu saja ada hambatan. Mungkin karena saya selalu memimpikan percintaan ala Romeo dan Juliet. Setelah beberapa kali gagal, akhirnya saya menyerah untuk bisa jatuh cinta lagi. Tetapi, sejak beberapa bulan lalu, saya menemukan satu sosok yang selalu bisa membuat desir-desir aneh di dalam rongga dada ini. Awalnya ku pikir terkena penyakit yang mematikan, karena setiap melihat dan mendengar suara cowok itu saja, tiba-tiba oksigen seketika menghilang dan meninggalkan jejak sesak nafas, keluar keringat dingin, bahkan kadang-kadang detak jantung lebih kuat terasa dari ubun-ubun hingga telapak kaki.
Dan, baru hari ini, saya mengetahui nama cowok itu, tidak sengaja dari perbincangan di kantin kampus. Genta. Nama yang menarik.
“Disaaaa… astaga, kita cariin dari tadi, tujuh kali kita berdua kelilingin kampus, sudah kayak tawaf deh. Eehhh malah nyempil di taman samping. Apa yang menarik sih duduk-duduk di taman ini?” Rara terus saja nyerocos tanpa jedah.
Taman, terutama taman kampus menjadi tempat terfavoritku sejak menjadi mahasiswa baru di kampus ini. Memang tidak ada yang menarik sih dari taman ini, hanya ada pohon bunga plastik yang ditanam sesuka hati, tanpa mementingkan estetika sebuah taman. Meja dan tempat duduk yang terbuat dari batu. Hanya itu saja, tidak ada yang lain yang bisa dilihat, jika duduk di taman ini.
Dan, satu lagi. Dari taman inilah saya bisa leluasa memandangi sosok cowok pujaan hatiku yang kebetulan, jurusannya berada tepat di depan taman ini. Tapi, ini rahasia. Tidak ada yang boleh tahu, apalagi kedua cewek ini.
“Hehehe… maaf. Lagian kenapa harus keliling kampus sih, kan kalian bisa telepon ke hpku,”
“Astaga Dy, bego banget sih kita berdua. Kan ada Hp,” Rara jadinya nimbuk Windy pakai buku.
“Laahhh, tadi yang maksa siapa sih?” Windy masang muka manyun, tanda merajuk karena ditimbuk buku.
Disa hanya bisa senyum geli melihat tingkah kedua sahabatnya. Tiba-tiba mata Disa tertuju pada sosok pujaan hati yang hari ini kebetulan tubuh jangkungnya dibalut jeans dan kemeja hitam.
“Mengagumkan,” celetuk Disa tiba-tiba.
“Aaahhhhh…. Apa yang mengagumkan Dis?” Tanya Rara menyelidik.
“Ehhh…hmmm, tidak apa-apa,” Disa gelabakan pura-pura mencari kesibukan dengan membuka-buka buku catatan kuliah.
“Ta… Gentaaaa,” teriak windy yang sontak membuat Disa melotot ke arah Windy.
Rara yang melihat ada yang aneh, Cuma menyenggol lengan Disa dan berbisik,”Dis, kamu sakit ya?” Disa hanya bisa menjawab dengan gelengan kepala. Darah yang dipompa ke seluruh penjuru tubuh oleh jantung Disa, seakan saling dorong dan membuat pembuluh darah membesar seketika. Nafas jadi tidak bisa lagi dikontrol.
“Jangan balik…jangan balik, please. Pura-pura saja tidak dengar,” Disa membatin.
Di luar dugaan, Genta menengok dan membalas tegur sapa Windy. “Eh, Dy. Lama tidak ketemu?” ujar Genta sambil berjalan mendekat.
Disa berharap ini hanya mimpi, bukan nyata yang harus dilaluinya hari ini.
“Hai… Sombong banget sih?” Windy menyapa lebih akrab sambil berjabat tangan.
Genta tanpa dikomando, langsung mengambil posisi duduk pas di depan Disa. Membuat Disa jadi terserang malaria tiba-tiba.
“O iya Ta, ini sahabat-sahabatku. Ini Rara dan yang di depan kamu itu Disa,” “Genta…. Genta” Genta menyodorkan tangan ke arah Disa, tapi Disa hanya terdiam dan tak bergeming. Rara spontan menginjak kaki Disa.
“Eh.. iya, Disa” jawabnya sambil tertunduk.
“Disa sakit ya?” Genta terlihat khawatir menanyakan keadaan sahabat Windy yang selalu terlihat menyendiri di taman ini.
Spontan Rara dan Windy memegang jidat Disa dan menjawab,”Tidak panas koq!”
“Hmmm.. Saya Sehat koq, maaf saya harus masuk ke kelas sekarang,” Disa membereskan bukunya dan berlalu meninggalkan seribu tanya dibenak Rara dan Windy, terlebih lagi Genta.
“Teman kamu kenapa Dy?”
“Tahu..” Windy menjawab dengan wajah bingung.
“O iya, kabar Lena gimana?” Windy memecahkan suasana yang janggung di antara mereka.
“Sudah lama kali, saya dan Lena bubaran,” Jawab Genta cuek sambil mengeluarkan Kamera-nya.
“Ooo pantes sudah lama ga pernah lihat lo di depan rumah. Masih hobi motret-kah?”
“Motret tuh, ibarat nyawa buat seorang Genta Dy. Jadi kalau tidak motret ibarat tubuh tanpa ruh. Hampa,” Ujar Genta sambil tersenyum.
“Ya Allah, manis banget ya nih cowok. Kirain Cuma dari jauh dia manis, semakin dekat malah semakin ga kuat,” Rara membatin sambil senyam-senyum tidak jelas.
“Woiiii… ayo kita masuk ke kelas. Raaaa, kamu kenapa sih? Ke sambet hantu taman nih. Kayak si Disa tadi. Raaaaa….!!”
“Ga usah teriak-teriak kenapa? Kuping masih mau dipakai bu, belum diobral,”
“Lagian diajak ngomong malah senyam-senyum aneh gitu, yuk ke kelas. Nanti kita tidak bisa masuk lagi karena telat. Ta, saya duluan ya, nantilah kita ngobrol lagi,” Windy menyeret paksa Rara yang masih bertingkah aneh menjauh dari Genta.
“Cewek memang aneh,” Batin Genta.
Siang tadi merupakan kejadian yang paling memalukan. Kenapa juga si Windy bisa kenal sama Genta. Aduuuhhhh, pasti tadi tampangku terlihat bego banget deh. Kenapa harus hari ini sih ketemunya? Kenapa tidak besok atau kapan kek, yang penting jangan hari ini.
Tips pertama dari saya dalam persoalan cinta. Kalian harus selalu siap bertemu dan berkenalan sama orang yang kalian suka. Tidak ada alasan, siap ataupun tidak kalian harus siap mental, jasmani dan rohani. Jangan sampai peristiwa memalukan yang saya alami, terulang dan menimpa kalian. Cukup saya saja yang bertingkah aneh.
Seminggu berlalu begitu saja, tanpa ada lagi peristiswa yang membuat jantung bekerja lebih keras. Hati juga tidak semerbak berbunga seperti biasanya, ini lantaran, seminggu ini sedang berlangsung ujian pertengahan semester. Meskipun masih sering melihat Genta melintas di depan taman, tapi Disa tidak bisa terlalu intens memandangnya dan memujanya dalam hati seperti biasanya.
“Eh Dy, Memangnya si Genta pacaran sama Lena lama ya?” Rara memecah suasana yang membeku sejak tadi di antara mereka.
“Lumayan-lah, kalau hitungannya cowok yang se-ok Genta, pacaran lama itu hebat bangetlah. Kan biasanya cowok yang nyadar mukanya di atas rata-rata kadang-kadang ganjen ga jelas gitu deh,” jawab Windy cuek.
“Waahhh…Ok juga tuh cowok,” Rara nyerocos asal.
“Si Wawan mau dikemanakan Ra? Mending Genta buat Disa saja. Sudah lama tuh, menjomblo. Iyakan, Dis?”
“Ahhhh…” Disa hanya asal menjawab, padahal dari tadi Disa menyimak dengan sangat seksama. Apapun tentang Genta, antena penerima informasi Disa berfungsi secara otomatis.
“Koq .. jawabnya ahhh sih?” Rara manyun mendengar Disa menjawab dengan acuh.
“Dy, Genta tipekal cowoknya gimana sih?”
“Kalau menurut cerita-cerita Lena sih, Genta tipe cowok protektif,”
“Cowok protetif-kan itu tandanya cowok itu sayang sama ceweknya,”
“Hmmm..tergantung si ceweknya sih, suka diatur atau tidak,”
Informasi tambahan yang saya dapatkan di Perpustakaan tadi siang, membuat saya lebih mengenal sosoknya tanpa harus sering bertegur sapa atau bertemu. Tetapi, apakah saya siap untuk dekat dan menjatuhkan sama pilihan dengan cowok yang bertipe protektif?
Tips Kedua dari saya. Kalau bisa yakinkan diri kalian sebelum betul-betul menjatuhkan pilihan ke orang yang kalian suka. Sekedar suka atau kagum sepertinya bukan hal yang bisa dijadikan patokan untuk memilih seseorang. Biarkan hati kalian yang memilih, karena terkadang insting lebih kuat dibandingkan hanya sekedar rasa suka. Mau dia protektif atau tidak, itu bukan alasan untuk tidak menerima seseorang untuk mengisi hari-hari kalian.
Mengisi waktu liburan pasca ujian Mid, Disa memutuskan untuk berjalan-jalan ke Mal dekat rumahnya. Sendiri bukanlah masalah buat Disa, karena biasanya juga kemana-mana sendiri, sama dengan hari ini.
“Hai, Disa kan?” Genta menyapa Disa yang sedang memilih kemeja.
Bagai petir di siang bolong, Disa menjadi korban yang kesambar petirnya. Hangus dan berasap.
“Hai…,”
“Harus lebih santai. Jangan gugup, santai. Ayo dong Tung (Jantung) kompromi dikit, detaknya tidak perlu kayak mau berperang gitu,” Batin Disa menenangkan.
“Kamu sendiri? Teman-teman kamu dimana?”
“Eh… hmmm, mereka kalau libur memang suka ngacir ga jelas kemana sih,” jawab Disa sudah mulai santai dan terkendali, meski masih ada beberapa halangan.
“Ooo, gitu. By the way, kemeja yang tadi kamu pilih bagus tuh, saya suka warnanya. Paduan biru dan hitam,” Genta memberi saran sambil tersenyum.
“Ampuuunnnn…. Senyumnya, kenapa bisa manis bangeeeet? Mamanya waktu hamil ngidam apa sih,” Disa senyam-senyum aneh tidak menentu.
“Disa.. kamu baik-baik saja kan?”
“Eh.. iya.. saya juga suka koq baju ini. Rencananya juga tadi sudah mau saya ambil. Kalau gitu saya coba dulu ya,” Disa berlalu menuju kamar ganti.
Astaga .. kenapa jadi aneh gini sih? Sejak kapan saya suka biru dan hitam? Hmmm… tapi, kalau dilihat-lihat dan diperhatikan, warna biru dan hitam boleh juga sih.
Tips ketiga. Cinta akan membuat kalian belajar menyukai apapun yang awalnya tidak kalian sukai, menjadi hal yang akan kalian sukai. Bukan dibuat-buat lho, tapi sukanya dari dalam hati. Datangnya dari rongga dada sebelah kiri, dan membuat otak segera menyimpannya menjadi data tambahan di dalam tempat penyimpanan terlengkapnya.
“Gimana, baguskan?”
Untuk kedua kalinya, Disa dikagetkan oleh suara Genta. “Kirain sudah balik, ampun deh. Tapi, senang banget ternyata dia nungguin. Asyyiikkk,” Disa kembali tersenyum.
“Iya, bagus koq,”
“Yuk, makan siang dulu. Lapar nih. Kamu juga laparkan?”
Tidak berpikir dua kali, Disa langsung menjawab dengan anggukan mantap. “Kesempatan nih, bisa berduaan dengan Genta,”pikirnya.
Genta dan Disa memilih resto yang berada di lantai 3 Mall. Ini juga pilihan Genta, karena menurutnya makanan di tempat ini, terkenal paling enak dan harganya terjangkau. Mereka memilih tempat duduk yang di pojok, di dekat kaca. Jadi bisa melihat, ke arah jalanan yang siang ini dipadati kendaraan.
“O iya, ngomong-ngomong Genta ke Mall mau ngapain ya?”
“Tadinya sih mau foto-foto di main hall, tapi acaranya molor. Males deh,”
“Oooo,”
“Mau pesan apa?”
“Apa saja deh, saya ikut,”
“Baiklah, saya akan memilihkan buat kamu,” Genta menjawab dengan kembali tersenyum.
“Ya Allah, manisssss banget makhluk ciptaanMu ini,”Batin Disa.
Setelah peristiwa di Mall, Genta dan Disa sering bertemu di Taman Kampus. Hanya untuk sekedar cerita atau membicarakan beberapa foto hasil jepretan Genta. Seperti siang ini, mereka kembali bertemu di Taman Kampus.
“Sudah lama Ta?”
“Baru saja koq. Kuliah lagi jam berapa?”
“Sejam dari sekarang,”
“Ooo okay,”
“Ehh Ta, dari tadi saya cariin, ternyata disini,”
“Eh..Rud. Memangnya ada yang penting ya?”
“Tidak, hanya mau membicarakan rencana kita untuk minggu ini hunting foto. Eh sama siapa tuh,” Rudi memberi isyarat menggunakan alisnya ke Genta.
“Ooo ini Disa, anak jurusan Sastra. Disa ini Rudi teman jurusan saya,” Genta memperkenalkan Disa dengan Rudi.
“Rudi..”
“Disa…”
“Saya sering melihatmu duduk di sini, sejak beberapa bulan lalu,” Rudi mencoba membuka pembicaraan.
“Eh..Ahh…” Disa jadi bingung mau jawab apa. “Mampus, kenapa juga ada orang yang masih iseng mau memperhatikan orang duduk di taman ini,” batin Disa.
“Iya, malah Taman Kampus serasa sepi kalau sehari saja kamu tidak ada,”
Disa hanya bisa tersenyum mendengar pernyataan Rudi barusan. “Cowok alay darimana sih nih?” Disa mendongkol.
“Ta.. saya kembali ke kelas dulu ya. Rud, saya duluan,” Akhirnya Disa memutuskan untuk meninggalkan pembicaraan yang akan membuatnya terjebak di situasi yang mengharuskannya mengakui bahwa taman ini hanya sebagai tempat untuk melihat Genta lebih lama.
Hai, kabar gembiranya seseorang yang sedang jatuh cinta yakni dikaruniai dengan kemampuan dalam bidang aksara yang membuatnya mampu menulis puisi hingga berlembar-lembar. Jika keadaan ini terjadi, otomatis kalian benar-benar sedang jatuh cinta.
Tips ke empat. Jatuh cinta ternyata ampuh untuk menyelamatkan dunia dari hilangnya peradaban. Ini lantaran, aksara membantu manusia dari generasi ke generasi untuk saling memberi kabar dan mempelajari satu sama lain. Dan, puisi bentuk dimana cinta akan abadi selamanya. Dan, kalian normal jika mengalami hal ini. Seperti diriku malam ini sedang menulis puisi dan membayangkan Cowok manis dengan gaya cueknya.
“Jika malam menyimpan seribu bintang,
Jika siang hanya menerima satu matahari untuk menghiasinya,
Maka akupun ingin menjadi siangmu,
Dan juga ingin menjadi malammu.
Siang yang akan memberi secercah cahaya di gelap jalanmu,
Malam yang akan memberikan keindahannya dikala kabut tebal takdir menyapa.
Jika cinta ini menyiksamu,
Mungkin Aku rela pergi dan hanya melihatmu dari tempat diamku.
Semua tentangmu selalu dapat membuatku tahu akan satu hal,
Kau diciptakan betapa sempurna,
Kau hadir diwaktu yang tepat,
Dan, Kau tidak pernah tahu bahwa ada seseorang yang selalu merindu.
Merindu, hingga tidak pernah tahu kapan akan menggapaimu.
Merindu, hingga mengerti bagaimana rasanya pantai setia untuk ombak,
Seperti, dermaga selalu memiliki waktu untuk menunggu datangnya kapal,
Meski kapal yang merapat hanya untuk sesaat.
Itulah Cinta…
Cinta yang tidak mengharuskan setiap orang menyadari datangnya,
Dan, mencari jawaban atas hadirnya.”
Tetapi, kisah cinta yang semula sudah mulai terjalin, akhirnya menjadi renggang kembali. Penyebabnya, tidak lain tidak bukan, yaa karena hadirnya Rudi. Entah kenapa, Disa lebih bisa leluasa bercerita di depan Rudi. dan, selalu masih canggung jika bersama Genta. Bukan karena Disa menyukai Rudi, tapi detak jantung yang semakin tidak bersahabat yang membuat Disa membisu, jika disamping Genta.
Situasi ini, membuat Genta yang merasa ditolak akhirnya ambil sikap dan mundur. Siapa yang harus disalahkan dalam situasi ini? Genta yang tidak pahamkah? Atau Disa yang tidak memberi isyarat. Atau Rudi yang terlalu PD akan posisinya?
Tips ke lima. Jika kalian jatuh cinta, disarankan untuk memberi isyarat bahwa kalian juga tertarik. Jangan hanya diam, dan memperparah keadaan dengan berpura-pura dekat sama teman akrabnya, hanya untuk dapat memandangnya lebih lama. Itu salah besar, ini menyebabkan kalian tidak akan menerima hasil yang diharapkan, percayalah. Karena situasi inipun, saat ini sedang ku alami.
Memperbaiki kesalahpahaman yang keliru, memang jauh lebih sulit. Tetapi, jika diam saja. Cinta sejati tidak akan pernah kalian dapatkan.
Disa bertekad untuk menjauh dari Rudi dan mulai memberi isyarat bahwa dia juga ada rasa dengan Genta. Tetapi, semuanya terlambat. Genta sudah terlanjur menghindar duluan, karena tidak ingin menyakiti Rudi. Begitulah laki-laki, mereka sangat menghargai dan menghormati privasi satu sama lain, apalagi jika itu menyangkut tentang cinta.
Tips ke enam. Jangan pernah memberikan pengharapan palsu kepada seseorang. Katakan tidak, jika yang ada dihati kalian bukan nama orang itu. Yakinlah, kejujuran akan jauh lebih baik, dibandingkan hanya diam dan mencoba menyenangkan orang lain. Itu hasilnya akan membuat kalian benar-benar yakin tentang apa yang kalian pilih.
“Dis, koq jarang bareng Genta lagi?” Tanya Windy ketika usai kuliah.
“Windy….,” Disa mulai terisak menahan rasanya kepada Genta. Tetapi, Genta sudah mulai menghindar, bahkan tidak lagi pernah melintas di dekat taman kampus. meski Disa juga sudah tidak lagi dekat dengan Rudi, Genta tetap menghindar.
“Iya, nanti saya akan tanyakan ke Genta ya. Jangan nangis dong, baru juga jatuh cinta, eh belum ditolak tapi sudah menangis. Gimana kalau betulan Genta tidak ada perasaan sama lo, Dis,”
Tangis Disa bukannya berhenti, malah tambah pecah mendengar candaan Windy tadi.
Rara dan Windy melihat keadaan ini, malah tertawa lepas melihat tingkah sahabatnya yang kekanak-kanakan.
Tips ke tujuh. Cinta akan menjatuhkan dinding pertahanan paling kokoh yang kalian punya. Jadi, biarkan air mata mengalir untuk melepas beban yang ditanggung oleh hati karena merindu. Air mata akan membantu untuk membuat kalian tetap berpikir jernih meski hati sedang galau. Cinta akan membiasakan kalian dengan asinnya air mata, tetapi sekaligus membuat kalian tetap kuat menunggu hari esok. Karena percayalah, setelah hujan deras, akan ada pelangi yang indah di langit.
“Ta, Genta…tungguin dong,”
“Eh Dy,”
“Kenapa sih, menghindar dari Disa terus?”
“Hmmm… sebaiknya kita bicara di kantin saja ya,” Windy mengikuti jejak Genta dari belakang.
“Dy, saya tidak tahu. Apa yang membuat saya juga menghindari Disa? Apa karena saya cemburu dengan kedekatan Rudi dan Disa? Saya juga tidak tahu.” Genta menunduk.
“Yakinlah, Disa sukanya sama kamu Ta. Jika dia terlihat lebih dekat dengan Rudi, karena dia tidak punya beban apa-apa,”
“Maksudnya beban?”
“Genta, buka mata kamu. Disa selalu terlihat gugup hanya kalau kamu ada di dekatnya. Itu tandanya apa?”
“Memangnya itu tanda apa?”
“Katanya cowok protektif, koq malah masalah dasar tentang cinta saja kamu masih bertanya. Kemana pengalaman kamu selama ini mencintai seseorang?”
“Saya tidak pernah menyadari cinta itu hadir Dy, cinta itu bagaikan penyusup yang tidak pernah saya sadari kehadirannya. Sampai membuat mata saya buta, tidak bisa melihat apa yang terjadi dengan Disa. Dy, makasih ya,”
Windy Cuma tersenyum melihat kedua temannya sedang bertingkah ibarat anak-anak, karena satu hal, yakni cinta.
Tips ke delapan. Cinta hanya akan terwujud jika kedua belah pihak saling menyadari bahwa mereka sedang jatuh cinta. Bukannya menghindar dari keadaan dan kondisi yang akan membuat dada semakin sesak. Jika cinta, ya akui saja. Karena, cinta adalah anugerah. Anugerah yang hanya diberikan Tuhan untuk makhlukNya yang bernama manusia.
“Disa, maaf jika saya tidak pernah melihat isyarat yang kamu berikan selama ini. Saya hanya percaya satu hal, bahwa cinta tidak membutuhkan satu alasan apapun. Karena cinta hadir dan ada untuk membuat alasan-alasan yang akan memanusiakan manusia, dengan saling berbagi, menyayangi dan menekan semua rasa ego kita masing-masing. Bolehkah diriku menjagamu?”
Air mata mengalir membentuk anak sungai di pipi Disa mendengar ungkapan Genta barusan. Anggukan menjadi jawaban atas permintaan Genta.
Tips Ke Sembilan. Biarkan cinta yang akan membawamu pergi mengelana jauh meninggalkan tempatmu saat ini. Tetapi, satu yang pasti. Cinta akan membuat kalian jauh lebih jujur tentang apa yang kalian rasa. Jika tidak mengalami hal ini, apa yang kalian rasakan bukan cinta. Karena cinta itu indah, seindah mentari pagi, selembut awan di angkasa, tetapi setegar rembulan di kesunyian malam. Itulah cinta.