Jika sahabat ingin mencari beragam inspirasi yang bias memotivasi diri, sekaligus menambah pengalaman demi memantik imajinasi, pun melihat cakrawala lebih luas dari beragam jenis dan tingkah laku serta pola kehidupan masyarakat, maka bolehlah novel tetralogi Laskar Pelangi menjadi salah satu kumpulan novel rekomendasi yang pantas sahabat baca.
Banyak inspirasi novel tetralogi Laskar Pelangi yang akan membawa sahabat semua dalam suatu dimensi berbeda dari kehidupan yang penuh dengan perjuangan, cita-cita dan impian, kesulitan dan masalah dalam hidup, cinta dan persahabatan, dan terutama pendidikan.
Tetralogi Laskar Pelangi sendiri terdiri dari 4 novel yakni Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Marymah Karpov. Novel-novel ini dikarang oleh seorang penulis asal Belitong bernama Andrea Hirata. Seorang lulusan ekonomi di Universitas Sorbone, Prancis.
Pentingnya Pendidikan
Ada beragam inspirasi yang bisa ditemukan dalam novel ini. Salah satunya adalah perjuangan untuk mendapatkan pendidikan yang layak dalam upaya untuk merubah nasib. Novel ini mengajarkan pada kita semua, bahwa dengan kondisi ekonomi yang tidak mencukupi, semangat dalam menimba ilmu jangan sampai memudar.
Lewat Ikal yang menjadi tokoh utama dalam novel ini, kita diajarkan bagaimana susahnya seoarang anak yang berasal dari keluarga miskin untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak. Namun, dengan perjuangan dan kerja keras, serta doa yang tak putus-putusnya, impian dan harapan itu bisa diwujudkan.
Menertawakan Nasib
Ada satu hal yang menarik dalam novel ini yakni bagaimana orang-orang Melayu menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Di Tanah Belitong yang kaya akan sumber daya ala mini, masyarakat di sana justru hidup dalam lembah kemiskinan. Akan tetapi, tak pernah sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka untuk mengutuki nasib yang tidak beruntung itu.
Orang Melayu kalaupun kaya, cukuplah naik haji sekali. Dan jika miskin hanya berharap agar nasib baik segera menghampiri. Potret kehidupan masyarakat Belitong ini memberikan kita banyak inspirasi bagaimana mereka menertawakan nasib, kendati tidak baik, namun kehidupan harus tetap dijalani.
Ditulis oleh : https://www.facebook.com/mohasriady.mulyono