Panasnya pemberitaan pejabat Indonesia lebih panas dari palnet Merkurius. Ini kenyataan loh!
Belakangan ini, RUU Pilkada langsung menjadi pembicaraan hangat, baik di media cetak maupun elektronik. Lalu, ada apa sebenarnya dengan RUU Pilkada langsung?
Kerusuhan ini dimulai saat presiden Indonesia kemarin, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono atau lebih dikenal dengan SBY, menandatangani pengesahan pilkada tidak langsung. Padahal seperti yang kita ketahui, SBY juga terpilih menjadi presiden RI melalui pemilihan langsung.
Lalu, apakah yang melatarbelakangi keputusan SBY ini? Entah alasannya apa, namun yang pasti keputusan ini membuat masyarakat Indonesia kecewa kepada SBY. Kekecewaan tersebut bahkan juga terlihat di media sosial.
Berbagai kecaman atas keputusan SBY meramaikan media sosial, termasuk twitter. Bahkan hastag ShameonyouSBY menjadi trending topik di twitter.
Secara tidak langsung, keputusan SBY tersebut menunjukkan bahwa beliau lebih semangat menyuarakan suara partai dibandingkan memperjuangkan suara rakyat.
Miris bukan melihat kelakuan pejabat Indonesia? Coba deh lihat pejabat-pejabat di luar negeri, kelakuannya itu beda jauh dibanding pejabat indonesia. Kontras banget deh.
1. Tertib
Menduduki kursi rakyat adalah profesi yang bergengsi. Sudah seharusnya pintar dalam bersikap, termasuk saat rapat. Coba deh lihat perbedaan rapat pejabat indonesia dan pejabat luar negeri.
Di luar negeri, suasana rapat selalu kondusif. Semua peserta rapat datang tepat waktu dan mengikuti jalannya acara sampai selesai. Hal ini berbanding terbalik dengan suasana rapat di Indonesia.
Enggak usah jauh-jauh deh, sidang kemarin aja waktu bahas RUU Pilkada langsung. Dalam rapat, diskusi itu penting. Tapi enggak usah teriak-teriak juga kali buat ngeluarin pendapatnya. Apalagi sampai keluar kata-kata kotor dan sumpah serapah. Apa ini yang namanya orang berpendidikan?
Kalau di luar negeri, pejabat yang kelakuannya kayak gini pasti langsung diusir dari ruangan. Soalnya udah bikin suasana rapat memanas. Tak jarang, akhirnya memicu konflik antar peserta rapat. Iya kan?
Eits tunggu dulu, kata siapa rapat DPR enggak pernah tenang. Justru kebanyakan rapat pejabat Indonesia itu berjalan dengan tentram dan damai. Tentram dan damai itu bukan karena pejabatnya serius mengikuti jalannya acara, melainkan asyik tidur.
Coba aja lihat di televisi, sering banget kan pejabat-pejabat itu tertangkap kamera lagi tidur pas rapat. Kalau enggak tidur, mereka asyik dengan gadgetnya sendiri atau ngemil-ngemil cantik di mejanya.
2. Merakyat
Sudah sewajarnya, sebagai wakil rakyat harus bisa merakyat. Namun anehnya, di Indonesia ini para pejabat lebih suka hidup mewah, misalnya dengan naik kendaraan mewah.
Padahal ada yang lebih penting daripada mobil mewah. Contohnya menggunakan uang tersebut untuk merenovasi sekolah-sekolah. Kalau kayak gitu kan lebih bermanfaat bukan?
Kenapa sih enggak pakai kendaraan umum aja? Takut kepanasan dan kehujanan ya pak? Coba deh lihat kehidupan pejabat luar negeri yang merakyat. Contohnya Perdana Menteri Inggris, David Cameron.
Meski mempunyai kedudukan yang bergengsi, David Cameron tidak tertarik untuuk menggunakan mobil mewah. David Cameron justru lebih suka berangkat kerja menggunakan kereta. Bahkan ia tak sungkan untuk berdiri, bila tak ada bangku yang kosong.
Coba bayangin sama pejabat-pejabat di Indonesia, ada enggak sih yang mau naik kereta? Kalau pun ada, pasti kereta itu dibooking Cuma buat keluarganya sendiri alias enggak mau desak-desakan sama penumpang lain.
Ada juga walikota London 2008, yaitu Boris Johson yang menggalakan aksi bersepeda kepada warganya. Setiap berangkat kerja, Boris Johson lebih memilih bersepeda dibandingkan menggunakan mobil mewah.
Hal ini juga dilakukan Ridwan Kamil, walikota Bandung. Sejak dilantik menjadi walikota Bandung, Ridwan Kamil menggunakan sepeda birunya untuk berangkat kerja. Ridwan Kamil hanya menggunakan mobil saat ada pekerjaan di luar kota. Wajarlah, masa iya ke luar kota pakai sepeda, enggak mungkin itu.
3. Memberi
Sebagai wakil rakyat sudah sewajarnya memberi, bukan malah memeras. Lihatlah para pejabat luar negeri, tak jarang mereka menggelar acara amal untuk masyarakat miskin. Para pejabat di luar negeri tersebut sadar kalau tugasnya adalah melayani masyarakat, bukan memeras hak mereka.
Coba lihat lagi, apa kabarnya sama pejabat di Indonesia? Mungkin ada beberapa pejabat yang peduli sama rakyat miskin, tapi lebih banyak lagi yang acuh. Dana yang harusnya buat pendidikan, ini malah dimasukin kantong pribadi dan buat jalan-jalan ke luar negeri sama keluarga. Apa kata dunia?
4. Sederhana
Mempunyai kedudukan tinggi dan uang banyak, bukan berarti harus hidup boros, melainkan sederhana. Contohnya Mahmud Ahmadinejad, Presiden Irak. Mahmud Ahmadinejad dikenal sebagai presiden palingsederhana di dunia. Bagaimana tidak, ia rela menyumbangkan sebagian besar gajinya untuk rakyat miskin. Dan kekayaan yang dia punya hanya rumah warisan dan mobil tua.
Kesederhanaan juga melekat pada diri wakil presiden pertama Indonesia, yaitu Bung Hatta. Bung Hatta sangat menginginkan sepatu Bally. Namun sampai penghujung napas terakhirnya, hanya brosur sepatu Bally yang dia punya. Padahal Bung Hatta bisa saja membeli sepuatu Bally dari uang rakyat. Tapi hal nyatanya, Bung Hatta lebih memikirkan kepentingan rakyat dibandingkan pribadi.
Beda banget sama pejabat-pejabat zaman sekarang. Segelintir pejabat-pejabat ‘nakal’ mengambil uang negara. Entah untuk membeli rumah mewah, mobil mewah, atau untuk sekadar jalan-jalan ke luar negeri.
Pejabat Indonesia dan pejabat luar negeri itu beda banget kan. Semoga aja, pejabat Indonesia cepet sadar deh dengan tugasnya sebagai wakil rakyat. Senantiasa memberi bukri bukan janji semata.