Hari raya telah tiba… rasanya sedih meninggalkan ramadhan yg penuh dengan ampunan. Suka cita hari nan fitri begitu membuat semua orang bahagia, termasuk aku dan keluargaku. Rasa syukur yang tak pernah berhenti terucap atas karunia allah, karena tahun ini keluarga kami masih lengkap dan sehat.
Perjalanan singkat dimulai…
Aku dan keluargaku pergi kerumah nenek untuk kumpul keluarga besar di sana. Mudik lebaran ke rumah nenek&kakek menjadi perjalanan yang sangat seru. Padahal cuma beberapa kilometer saja dari tempat tinggalku,hehe.. cukup 30 menit saja sudah smpai.
Semua keluarga besar telah berkumpul. Waktunya bersenang-senang. Tertawa bersama saling memaafkan dan bersuka ria.
usai silaturhmi dan maaf-maafan aku dan keluargaku berkeliling kampung sambil bersilaturhmi. Euforia hari lebaran membuat kita semua lelah dalam tawa, hingga tak terasa malam tiba kami pun terlelap.
cerita belum selesai,,,
Lebaran kedua kami menikmati lebaran dengan berjalan-jalan menjelajah dan meraskan suasana desa yang asri dan jauh dari kebisingan. Menghilangkan penat dan melepas rindu. Karena moment-moment inilah yang bisa buat kita kumpul semua. Biasanya pada sibuk masing-masing dan jarak rumah yang memang berjauhan membuat moment ini terasa penting.
aku dan keluargaku melakukan ritual rutin setiap lebaran yaitu “mayoran di saung aki” mayoran di saung adalah istilah dalam bahasa sunda yang artinya makan bersama digazebo tepi sawah yang ada dikampung kakek,,hihi. Lanjut main-main dan bersuka cita menanam dikebun sambil bergaya.
Ritual ini biasa dilakukan di keluargaku, karena keluargaku memang asli suku sunda, cianjur anu kamashur,hehe..
Setelah mayoran kita akan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Tapi sebelumnya gak akan lupa donk hal yang paling wajib adalah foto-foto sambil menyamar menjadi gadis desa dan memotret kebersamaan yang suatu saat hanya akan menjadi sebuah kenangan dan sepenggal cerita indah.
This is my true story.. how about you? 🙂