“The novel ” Biola Pasir Dari Masa Lalu” by D.K. Sumirta is an emotional story about the young Ni Luh Miranti who living on Bali.
Offside the tourism, she is trying to start a career as a violonist. Because of an accident, she became blind. But nevertheless she is pursue her dream.
The story shows that you can reach every goal. You just have to believe in yourself. “
Steven Herbig – DW-TV – Berlin – Jerman
……………………………………………………………………………………..
Inspiratif .. novel ini patut dibaca bagi mereka yang sedang mencari kekuatan untuk hidup.. selama kita masih memiliki keyakinan, maka tak ada yang mustahil..
Nur Rachmawati – Penulis Skenario Sinetron Gajah Mada dan Joko Tingkir (MNC-TV)
“Biola Pasir Dari Masa Lalu. Sebuah novel yang mencerahkan. Bahasanya pendek-pendek, tapi lugas. Mudah dipahami. Memberi motivasi tentang arti keyakinan akan sebuah harapan dan cita-cita”
Toto Soegriwo – Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI)
Biola Pasir Dari Masa Lalu – Sebuah novel tentang pemain biola tuna netra yang berhasil menaklukan dunia lewat kegigihan seorang gadis Bali bernama Ni Luh Miranti.
Dikemas apik lewat bahasa manis dan paragraf puitis. Ditulis DK Sumirta dan diterbitkan oleh Grasindo. Dapat dijumpai di TB Gramedia seluruh Indonesia.
” Setiap kali kulihat dia tersenyum, setelah bertemu belahan hatinya…
Hatiku diliputi kemarahan, dendam dan kecewa…
Namun aku tak bisa berbuat apa-apa,
Selain percaya…
Meski dia menyukai orang lain, pada akhirnya akan kembali..”
Karena kecintaannya pada biola. Mengantarkan Ni Luh Miranti bertemu Kadek Bagus Adinata. Seorang pria bermata kelam. Yang kerap menghardik dan menumpahkan caci maki, sejak awal pertemuan. Meski begitu, dia betah berlama-lama dengannya. Bahkan menjadikan Kadek Bagus Adinata sebagai guru biolanya.
Disela kesibukannya menjadi tukang suun di pasar Badung. Ni Luh Miranti berlatih keras. Menaklukan setiap komposisi lagu. Dengan menangkap ruh yang bersemayam didalamnya. Hingga suatu hari. Berhasil lolos audisi Jakarta Pilharmonic Orchestra, sebagai solois biola.
Namun impian Ni Luh Miranti kandas. Saat malam terakhirnya di Bali, mendapat kecelakaan. Hingga menyebabkan matanya buta.
Perjalanan hidup Ni Luh Miranti memasuki babak baru. Ketika dirinya tak lagi mampu menaklukan biola dan rasa percaya dirinya. Ditambah kisah masa lalu orang tuanya dan Kadek Bagus Adinata mulai terkuak.
“ Sekeras apapun aku mencoba,
kurasa tak ada orang yang bisa bohong tentang perasaan.
Jika aku terlihat bodoh karena terluka,
Itu benar…”
Puisi-puisi pendeknya ngena banget. Langsung beli dengan The Perihelion juga. Bacanya cuma beberapa jam langsung abis.