Wanita merupakan makhluk yang paling disayang oleh Tuhan, sekaligus makhluk yang paling banyak dirayu setan. Mengapa demikian? Dengan sayangnya Tuhan kepada wanita, Dia memberikan beberapa perlindungan kepadanya. Salah satunya adalah perintah untuk menutup aurat. Namun mengapa wanita menjadi makhluk paling banyak dirayu setan? Karena masih banyak wanita yang tidak menutup auratnya.
Dengan kedua kasus tersebut sudah bisa disimpulkan bahwa wanita adalah makhluk yang paling indah. Setiap sisinya mempunyai banyak pengaruh dan dampak yang luar biasa, terlebih untuk lawan jenis. Namun dari setiap sisi itu pulalah banyak wanita yang terlena dengan duniawi sehingga melupakan aturan yang telah diterapkan Tuhan.
Untuk melindungi wanita, Tuhan sudah sangat jelas membeberkannya dalam Al-Quran. Surat yang berisi tentang menutup aurat adalah QS. Al-Ahzab: 59.
“Hai Nabi, katakanlah kepasa istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal. Karena itu, mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Melihat ayat tersebut, sudah jelas perintah Tuhan untuk menutup aurat. Aurat wanita tersebut meliputi seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan. Untuk itulah, semua yang termasuk ke dalam aurat harus senantiasa dilindungi. Jika tidak dilindungi maka bersiaplah wanita akan mengalami hal yang tidak mengenakan di akhirat kelak.
Kenapa jilbab saya sering dilepas?
Setelah beberapa waktu lalu dihebohkan dengan fenomena jilboobs, sebenarnya wanita berjilbab yang kkurang sesuai itu sudah lama terjadi. Banyak wanita yang awalnya berjilbab, tapi ketika berada di suatu tempat lantas wanita tersebut tidak mengenakannya. Banyak juga yang mengenakan jilbab hanya untuk formalitas semata, seperti di tempat kerja atau sekolah. Di luar itu maka rambut pun kembali terlihat.
Lantas, mengapa wanita melakukannya? Padahal semua sudah jelas seperti yang tampak pada QS. Al-Ahzab tersebut. Rupanya ada beberapa alasan wanita melakukan hal itu. Mari kita simak 3 alasannya di bawah ini.
• Belum istiqomah
Istiqomah merupakan lurusnya niat yang kita lakukan untuk mengerjakan sesuatu. Inti dari istiqomah tersebut adalah semua dikerjakan hanya bertumpu kepada-Nya, tanpa tertarik dengan banyak godaan. Dalam hal ini adalah mengenakan jilbab.
Untuk mengenakan jilbab memang tidak semudah yang kita sangka, hanya tinggal membeli, kemudian memakainya. Namun semua tidak hanya semata terpaku kepada unsur-unsur tersebut. Dengan mengenakan jilbab berarti wanita tersebut telah melakukan perintah Tuhannya. Di dalamnya melaksanakan segala konsekunsi yang datang. Selain itu, menghormati dan menjunjung tinggi agama yang dianut.
Namun di masyarakat saat ini masih sangat banyak yang “menyepelekan” pemakaian jilbab. Jilbab difungsikan hanya sebagai pelengkap dalam berpakaian semata. Di luar itu juga masih hanya bersifat sebagai suatu formalitas ketika berada dalam sebuah lembaga.
Jilbab kini memang sudah sangat beragam jenis serta warnanya.
Dengan alasan itulah masih banyak wanita yang mengutamakan fashion, ketimbang makna jilbab itu sendiri. Lain halnya jika kita bisa istiqomah maka jilbab pun bisa difungsikan tidak hanya sebagai fashion, melainkan benar-benar sebagai penutup aurat.
Banyak produsen yang kini telah memasarkan jilbab yang syar’i untuk mereka yang benar-benar melindungi auratnya. Sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk melepas jilbab, di manapun berada. Kita hanya perlu bertanya kepada hati, apakah sudah benar-benar mantap untuk menjalankan perintah-Nya?
• Tergoda gangguan
Setiap yang kita lakukan dengan niat untuk beribadah kepada Tuhan selalu saja mendapatkan banyak godaan. Termasuk di sini ketika ingin mengenakan jilbab. Cobaan datang bertubi-tubi, mulai dari diri sendiri hingga dari luar.
Ketika sebelum mengenakan jilbab, mungkin godaan tersebut tidak akan terlalu berat. Namun apa jadinya ketika jilbab sudah mulai dikenakan? Maka cobaan datang silih berganti. Jika wanita yang belum mempunyai tekad yang kuat untuk istiqomah maka akan mudah tergoda.
Bayangkan saja ketika berkumpul dengan teman yang belum memakai jilbab, kita pun kadang suka tergoda untuk kembali mengikuti mereka. Ketika ada ajakan untuk mengunjungi tempat karaoke, kita pun tanpa berpikir untuk melepas jilbab. Serta segudang cobaan besar lainnya yang datang kepada kita.
Kasus nyata banyak terjadi kepada para publik figur yang bekerja di industri hiburan. Ketika momen ibadah itu datang maka mereka akan menyesuaikan untuk berjilbab. Akan tetapi, jika momen tersebut telah lewat maka mereka kembali kepada aslinya. Banyak yang berpikir bahwa dengan berjilbab akan membatasi aktivitas dan karier. Jika mempunyai pola pikir seperti itu maka akan salah besar. Istiqomah dalam bersikap perlu dibina sejak dini.
• Merasa belum siap
Untuk mengenakan jilbab memang tidak akan semudah yang kita bayangkan, seperti yang telah dibahas di awal. Di sini diperlukan iman yang kuat, serta tekad yang penuh kebulatan. Namun seringkali wanita berpikir bahwa mereka belum siap untuk mengenakan jilbab. Rata-rata mereka masih ingin merasakan kebebasan dalam melakukan banyak hal. Jika terus menerus berpikir seperti itu, lantas akan sampai kapan merasa siapnya?
Bukannya Tuhan telah memberi jatah kepada setiap manusia usia untuk beraktivitas di dunia? Jika bertahun-tahun tidak dimanfaatkan untuk mengenakan jilbab maka sungguh sangat disayangkan. Apa jadinya ketika ajal menjemput, tetapi kita masih tidak mengenakan jilbab yang seharusnya?
Tidak harus menunggu kesiapan untuk berjilbab. Tidak pula harus menuggu datangnya hidayah untuk semua itu. Yang diperlukan hanyalah sebuah kemauan yang didorong dengan tekad yang kuat. Jika semua itu telah bisa digenggam, percayalah semua godaan yang menghampiri dapat diatasi.
Perintah untuk mengenakan jilbab sudah jelas. Manfaat yang akan didapat juga sudah jelas. Lalu, kenapa masih banyak yang ragu dengan manfaat dari jilbab? Jika memang tidak akan terasa di dunia, percayalah bahwa manfaat berjilbab akan dirasakan di akhirat kelak. Jadikan jilbab sebagai tameng untuk menangkal segala keburukan.