Teman Hidup, Love is You!

“Tetaplah bersamaku, jadi teman hidupku, berdua kita hadapi dunia”. Pasti sudah tidak asing lagi bukan dengan sepenggal lirik lagu tersebut. Iya, lagu berjudul Teman Hidup milik Tulus. Lalu, apa sih teman hidup itu?

Kamu adalah Separuh Jiwaku

me and you
me and you | foto : laurabrookekeith.wordpress.com

 

Sejak pertama kali bertukar sapa denganmu, detak jantungku seketika berdetak begitu kencang. Bahkan lebih kencang dibandingkan kereta api yang sedang melaju. Apakah itu cinta?

Ah, rasanya terlalu cepat mendefinisikan cinta pada pertemuan pertama. Mungkin saja rasa itu hanya bersemilir seperti angin yang lewat. Datang dan pergi begitu saja.

Namun semakin aku abaikan, hati ini semakin berontak. Hingga akhirnya aku pahami, kalau inilah yang namanya cinta pada pandangan pertama. Terdengar klise, namun inilah kenyataannya.

Aku sadar, bahwa sudah banyak mahluk berjenis kelamin perempuan hadir di dalam kehidupanmu. Entah hanya sekadar numpang lewat, rehat, atau mungkin berdiam cukup lama di dalam hatimu.

Namun yang pasti, aku lihat kini hatimu kosong, mirip rumah tua yang sudah lama tak dihuni. Berdebu, usang, hening, kosong, itulah hatimu. Lalu, kemana penghuninya?

Aku tak peduli siapa dan kemana penghuni lama itu pergi. Yang aku pedulikan adalah bagaimana caranya menata kembali hati yang kosong itu menjadi berwarna. Jangan tanyakan warna apa yang akan menghiasi hati itu. Yang jelas, akulah yang akan memoleskan beragam warna dalam kehidupanmu.

kunci
kunci | foto : inanutshell

 

Kunci, mana kunci? Aku tak bisa masuk ke ruang hatimu, jika kau masih menguncinya. Tak bagus jika menutup sebuah ruangan terlalu lama, karena pasti akan terasa pengap. Begitu pula halnya dengan hati. Janganlah menutupnya terlalu lama, biarkan calon penghuni baru untuk melihat-lihat terlebih dahulu.

Sulit sekali rasanya memintamu untuk membukakan pintu hati. Hingga akhirnya, kau membukanya secara perlahan. Pertama kali melangkahkan kaki menuju hatimu, aku baru tahu alasan mengapa kau tutup rapat hati ini.

Iya, dinding-dinding hatimu terlihat rapuh, terkelupas, dan lusuh. Ternyata penghuni lamanya tak pandai menjaga hati ini dengan baik. Tapi jangan khawatir, aku berjanji akan menjaga hati ini dengan sebaik-baiknya. Hanya wanita bodohlah yang meninggalkanmu begitu saja.

Yeee, aku berhasil menelusuri setiap ruang hatimu. Jadi, ruangan mana yang bisa aku tempati? Ruang pertemanan, ruang persahabatan, ruang perjodohan atau ruang teman hidup? Ahhh, tak usah berharap lebih, ditempatkan di ruang pertemanan pun tak apa. Toh, nanti juga kau akan memindahkanku ke ruang teman hidup.

Tunggu sebentar, mahluk yang berjenis kelamin perempuan kan sangat banyak. Tentu kau punya kriteria tertentu dalam memilih pendamping hidup bukan?

cantik
cantik | foto : hijabvisers

 

Sudah lumrah rasanya jika paras menjadi nomor utamanya. Aku memang tak secantik bidadari, tapi untuk tampil cantik dimatamu, aku mampu. Aku memang tak pandai untuk memoles wajah dengan make up, namun untuk berdandan sederhana, aku mampu.

Kriteria lainnya mungkin memasak. Iya, setiap mahluk yang berjenis kelamin laki-laki pasti mengharapkan sosok pendamping yang bisa memasak. Aku memang bukan koki handal, tapi untuk membuatkan makanan kesukaanmu, aku mampu.

Menjadi calon menantu tak terbatas menikah dengan si dia, tapi juga harus bisa ‘menikahi’ keluarganya. Jadi langkah pertama untuk mendapatkan hatinya adalah dengan mendekati keluarganya, terutama ibunya.

Sudah bukan rahasia umum lagi, mahluk berlabel laki-laki biasanya sangat menghargai pendapat ibunya. Tak jarang hal itu memberikan pengaruh besar untuk kehidupannya, terutama soal pasangan hidup.

Iya, aku memang bukan calon menantu yang siaga, tapi untuk menjaga dan merawat ibumu aku mampu. Aku memang tidak bisa menjaga ibumu 24 jam non stop, tapi untuk menanyakan kabar disela-sela waktu sibukku, aku mampu.

Aku bukanlah wanita yang sempurna, tapi untuk menjaga cinta ini tetap utuh, akan ku upayakan. Karena bagiku, kaulah teman. Teman biasa yang bermetamorfosis menjadi teman hidup.

Leave a Comment