5 Cara Menjadi Penulis

LIMA CARA MENJADI PENULIS

 

Nasehat Pramoedya Ananta Toer yang ada dalam gambar di atas merupakan sebuah seruan yang paling berharga untuk kita semua agar “Jadilah seorang penulis!”. Sebab, dengan menjadi seorang penulis, Pram juga menyebutkan bahwa dengan begitu sesungguhnya kita sedang bekerja untuk keabadian. Setiap tulisan yang kita buat akan abadi karena bisa menjadi ilmu atau sesuatu yang bermanfaat (hiburan, misalnya) bagi generasi kita kedepannya. Dan, bukan hanya itu, ketika menjadi seorang penulis kita akan selalu mendapatkan ganjaran atau pahala setiap saat, meskipun kita telah meninggal. Itulah yang dimaksud dengan bekerja untuk keabadian. Namun, meskipun menjadi seorang penulis itu sangat menguntungkan, masih banyak orang yang enggan menulis atau menjadi penulis karena berbagai alasan dan rintangan yang seringkali hal itu diciptakan oleh dirinya sendiri. Lalu, bagaimanakah caranya agar kita menjadi seorang penulis? Bagi orang-orang yang beneran ingin menjadi penulis, berikut lima hal yang wajib kamu ketahui:

Pertama, perbaikilah cara berpikir. Siapa yang tidak kenal dengan Eka Kurniawan? Salah satu penulis Indonesia yang saat ini telah sukses dengan kedua novelnya (Cantik Itu Luka dan Lelaki Harimau) karena telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa (seperti Inggris, Jepang, Italia, Malaysia, dan Perancis) dalam sebuah tulisannya menyebutkan bahwa jika seseorang ingin menjadi penulis, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki cara berpikir. Dengan memperbaiki cara berpikir, kita tidak perlu lagi repot-repot mengikuti seminar atau pelatihan menulis ini itu. Sebab, pada dasarnya, setiap orang pasti sudah memiliki kemampuan untuk menulis, bahkan mulai dari sekolah dasar pun kita sudah belajar bagaimana caranya menulis. Adapun untuk memperbaiki cara berpikir itu sendiri, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan cara belajar logika. Selain itu, perbanyaklah membaca berbagai hal mengenai bagaimana agar cara berpikir kita menjadi lebih baik. Sehingga, ketika cara berpikir kita sudah bagus, maka tulisan-tulisan kita pun akan lebih enak dibaca oleh orang lain.

Kedua, harus disiplin. Ada pepatah yang menyebutkan “Alah bisa karena biasa”, begitu juga dalam hal menulis. Tanpa kita membiasakan diri untuk menulis, kemungkinan besar kita tidak akan pernah menjadi seorang penulis. Dalam berbagai bidang keahlian apapun, tanpa disertai sebuah disiplin, maka tidak akan ada yang mampu menjadi seorang ahli dalam bidang yang digelutinya. Seorang Valentino Rossi tidak akan pernah menjadi seorang pembalap Moto GP tanpa ia berlatih secara disiplin, atau seorang Chris John tidak akan pernah menjadi seorang petinju tanpa disiplin berlatih tinju, dst, dst. Dan jika kita ingin menjadi seorang penulis, maka disiplin untuk terus (berlatih) menulis adalah suatu hal yang tidak boleh dilupakan untuk kita jalankan. Menulislah minimal satu kali sehari atau dua hari sekali, baik itu di media social, blog pribadi, maupun dalam buku diary. Buatlah jadwal menulis seperti itu, dan ikutilah jadwal yang telah kamu buat sendiri dengan disiplin. Kelak, tanpa disadari, kamu akan melihat hasil yang diinginkan selama ini, yaitu menjadi seorang penulis.

Ketiga, hilangkan sifat ingin menjadi yang sempurna. Salah satu hal yang juga wajib dilakukan jika kita ingin menjadi seorang penulis adalah hilangkanlah sifat ingin menjadi yang sempurna. Ingatlah, tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitupun setiap tulisan yang kita buat. Ketika kamu menulis sebagus apapun, pasti akan ada saja orang yang tidak menyukai tulisan-tulisan kita, begitu juga sebaliknya, meskipun kita merasa bahwa tulisan kita kurang bagus, percayalah pasti akan ada orang yang menyukainya. Jadi, kalau memang faktanya seperti itu kenapa kita harus berhenti menulis? Namun, dalam hal ini, bukan berarti kita boleh menulis seenaknya tanpa berusaha memberikan yang terbaik untuk pembaca karya kita. Akan tetapi, janganlah terlalu ingin menjadi yang sempurna, karena hal itu akan menghambat proses pembelajaran kita sendiri. Mulai sekarang, hilangkanlah sifat perfeksionis yang menghambat semacam itu jika kamu benar-benar ingin menjadi seorang penulis.

Keempat, bangun mental seorang penulis dalam diri pribadi. Pada umumnya, orang yang ingin menjadi penulis biasanya lupa akan pentingnya membangun mental seorang penulis dalam dirinya sendiri. Dengan adanya mental tersebut, gairah kita dalam menulis setidaknya akan tetap stabil karena dalam diri kita sudah tertanam bahwa “Saya adalah penulis, karena itu saya harus menulis!”. Jika mental seorang penulis itu tidak dibangun, maka kita pun akan cepat menyerah dan berpikir bahwa semua upaya kita menjadi seorang penulis itu adalah sia-sia belaka. Akan tetapi, ketika kita sudah merasa bahwa diri kita adalah seorang penulis, maka kegiatan menulis itu akan menjadi tugas dan tanggung jawab yang harus selalu kita kerjakan. Dan, di saat itulah akan muncul kesadaran yang membuat kita semakin bergairah dalam hal menulis.

Kelima, menulislah dengan riang gembira. Dalam hal ini, perlu digarisbawahi bahwa bagi seorang penulis, menulis itu sudah merupakan jalan hidup yang harus ditempuhnya. Ia sudah tidak perlu lagi memikirkan pujian dan cercaan atau bahkan uang sebagai imbalan untuk setiap tulisannya. Kenapa demikian? Karena jika dibandingkan dengan seruan Pramoedya Ananta Toer sebelumnya, bahwa menulis merupakan kerja untuk keabadian, maka hal itu tentu lebih mulia dan berharga ketimbang hanya sekedar pujian, cercaan, hinaan, atau bahkan uang. Oleh sebab itu, jika kita ingin menjadi seorang penulis dan sudah tahu manfaat dari setiap tulisan (yang bagus dan bermanfaat, tentu saja), maka menulislah dengan riang gembira. Jadikanlah kegiatan menulis itu sebagai ibadah. Itulah seorang penulis sejati. Hidup untuk menulis, bukan menulis untuk hidup. Demikianlah beberapa cara menjadi seorang penulis yang harus kamu ketahui. Semoga bermanfaat.

 

Leave a Comment