Sudah bergabung dengan agensi naskah atau menjalin hubungan dengan penerbit-penerbit bukan? Sekarang saatnya bertindak membuat naskah utuh. Bila Anda penulis pemula seperti saya ini, sebaiknya bergabung dulu dengan agensi naskah. Mengapa? Penulisan naskah tak melulu hanya soal bagaimana teknik-teknik menulis saja seperti pengumpulan data, analisis, membuat pembahasan sampai dengan pesan yang ingin disampaikan dari naskah buku non-fiksi ini. Ada hal yang lebih penting, yaitu manajemen pembuatan naskah. Bergabung dengan agensi naskah akan memaksa seorang penulis memiliki tanggung jawab terhadap naskah yang sedang dibuatnya. Terutama naskah yang memiliki perjanjian kerja dengan agensi naskah.
Untuk teknik penulisan naskah nonfiksi. Ambil semua data-data yang berkaitan dengan judul atau tema naskah. Sumber bisa dari mana saja. Entah internet, buku-buku teks, pengalaman sendiri, pengamatan lapangan, uji coba, interview dengan nara sumber dll. Tulis apa adanya data-data yang sudah diperoleh. Sesuaikan data-data yang sudah diambil ke dalam outline naskah. Pada tahap awal ini, naskah akan terlihat berantakan, isi naskah juga tak beraturan. Bila dicek dengan software plagiasi akan mendapat skor rendah. Naskah kasar inilah yang akan menjadikan gambaran seperti apa hasil akhir naskah nantinya. Yang terpenting, kita sudah memperoleh garis-garis besar, kerangka-kerangka dasar penulisan dan data-data yang akan melengkapinya.
Setelah sekiranya data-data mencukupi, saatnya memoles naskah kasar tersebut. Ini diibaratkan seperti seorang pemahat yang sedang membuat patung. Analisis data-data yang diperoleh dan tuangkan ke dalam naskah. Jangan takut dengan semua ide yang terlintas. Walau tampak aneh atau tidak sinkron. Biarkan saja ide-ide mengalir sesuai dengan kerangka dasar naskah yang sudah dibuat. Terkadang, saat menulis teringat pada satu gagasan atau ide yang tertinggal di bab-bab lain. Jangan sungkan-sungkan menuliskannya di bab-bab yang dimaksud. Terus lakukan penulisan naskah sampai selesai.
Setelah itu, baca ulang kembali naskah yang sudah setengah jadi tersebut di hari lain. Nanti akan tampak kekurangan atau terlalu berlebihan pembahasannya. Jangan ragu-ragu untuk membuang materi-materi yang tidak sinkron atau tidak diperlukan. Terus saja edit isi materi naskah sampai menjadi satu kesatuan naskah yang utuh dan bisa tersampaikan dengan jelas isi naskah secara keseluruhan.
Yang terakhir, edit tata bahasanya. SPOK tiap-tiap kalimat, diksi tiap paragraf, diksi tiap subbab, diksi tiap bab hingga sampai pada pesan keseluruhan naskah. Buat sebisa mungkin antar kalimat mengalir, antar paragraf mengalir hingga antar bab membentuk satu koherensi naskah sesuai tema atau judul. Jangan segan-segan membuang kata-kata yang berlebih atau tidak perlu. Usahakan juga setiap kalimat memiliki 1 makna atau pesan. Terlalu banyak ide dalam 1 kalimat akan membingungkan diri sendiri untuk melanjtukan kalimat-kalimat selanjutnya. Anda sendiri bingung, apalagi dengan orang lain yang nantinya akan menjadi calon pembaca.
Terakhir, dan ini yang terpenting. Konsistensi menulis memang mahal harganya. Anda boleh cerdas, jenius, bertitel pendidikan tinggi, tapi itu tak ada gunanya kalau tidak ada “action”. Kita sangat mudah menilai orang lain, demikian pula sebaliknya. Orang bodoh pun mudah menilai orang lain itu bodoh. Kalau Anda tak pernah membuat apapun dan tak bisa memberi bukti nyata, tak akan ada yang mempercayaimu walau kita bersumpah atas nama Tuhan. Disiplin, komitmen sangatlah mahal. Lebih baik buktikan hasil kreasi kita sendiri walau hasilnya masih berantakan dan tidak enak. Daripada membuat naskah yang tampak rapi dan cepat, tapi setelah dicek, terbukti plagiasi.
artikelnya menarik, saya juga penulis pemula yang sedang belajar dan berlatih untuk terbiasa menulis, tentu sesuai kaidah kebahasaan yang baik dan benar. terima kasih