Sebagian besar penulis berharap naskahnya bisa diterima oleh penerbit mayor. Tapi sayangnya, harapan itu seringkali bertolak belakang dengan kenyataan. Alih-alih diterbitkan, penulis justru kerap dibuat kecewa dengan surat penolakan. Bahkan ada penulis yang naskahnya ditolah penerbit hingga puluhan kali, padahal untuk mendapatkan jawaban dari satu penerbit saja diperlukan waktu sekitar dua hingga empat bulan. Beberapa penulis yang kecewa pada penerbit mayor kemudian mengambil jalur penerbitan melalui self publishing Indonesia.
Berbeda dengan menerbitkan buku melalui penerbit mayor yang bersaing ketat, jalur self publishing tidak mengenal penolakan. Seluruh naskah dari penulis, apapun bentuknya pasti bisa diterbitkan. Namun, masalah tidak selesai sampai disitu karena menerbitkan buku sendiri juga punya banyak kelemahan. Bila tidak menguasai pasar bisa-bisa buku yang diterbitkan tidak laku.
Penulis yang menerbitkan bukunya sendiri harus siap untuk bekerja lebih keras karena tugas yang biasanya dikerjakan penerbit dilakukan sendiri seperti mengedit naskah, membuat layout, cover, dan memasarkannya. Inilah yang seringkali menjadi ganjalan bagi penulis untuk menerbitkan naskahnya sendiri.
Sebenarnya menerbitkan naskah dengan jalur self publishing Indonesia juga punya sisi positif. Bila penulis mampu membuat buku yang berkualitas tinggi dan pandai memasarkan, bukan tidak mungkin income yang didapat jauh lebih besar ketimbang dimasukkan ke penerbit mayor. Buktinya Dewi (Dee) Lestari dan Asma Nadia punya kantong tebal dari jalur self publishing. Anda ingin menjadi seperti mereka? Pasti bisa bila mau menerapkan tips berikut ini.
Kualitas Naskah
Pekerjaan pertama yang harus diselesaikan dengan sangat baik adalah membuat naskah yang berkualitas. Ingat bahwa jalur self publishing seperti membuat brand sendiri. Bila konsumen kecewa dengan isi naskah, maka ia tidak akan sudi membeli naskah anda berikutnya. Lebih celaka lagi kalau mereka memberitahukan kekecewaannya pada orang-orang di sekitarnya. Alhasil, nama anda sebagai penulis hancur sebelum berkembang.
Kualitas naskah ditentukan oleh bobot materi, tata bahasa (sesuai EYD), dan teknik penyampaian. Pastikan bahasa dalam naskah anda menarik, mudah dipahami dan sudah sesuai EYD sebelum dicetak.
Layout
Sebagus apapun sebuah naskah tidak akan sempurna bila tata letak dan covernya jelek. Apalah artinya tulisan berbobot jika tidak sedap dipandang mata. Yah, layout adalah hal pertama yang akan dinilai oleh calon konsumen anda. Meskipun bukan hal yang utama, tapi penampilan buku sangat menetukan minat pembeli, kecuali bila anda adalah penulis terkenal yang sudah punya nama di hati pembaca.
Tata letak dan cover seringkali menjadi kelemahan buku yang diterbitkan secara mandiri. Jarang sekali ada penulis yang juga ahli di bidang desain sehingga sampul buku dibuat sekenanya. Hal ini bisa membuat buku anda terlihat murahan. Sebaiknya gunakan jasa ahli desain untuk membuat sampul dan tata letak buku agar lebih menarik.
Teknik Pemasaran
Setelah buku anda jadi, tugas selanjutnya adalah memasarkannya. Ada beberapa teknik pemasaran yang bisa anda gunakan, antara lain promosi lewat sosial media, mengirimkan resensi di media cetak, bekerjasama dengan distributor, dan mengadakan bedah buku.
Berdasarkan pengalaman penulis yang sukses menjual bukunya sendiri, jalur online adalah teknik yang paling efektif. Alasannya karena modal yang dikeluarkan lebih sedikit dan langsung dilirik oleh konsumen. Penulis dapat menawarkan pada orang-orang yang dikenal sehingga cepat mendapatkan respon. Selain itu, keuntungan dari penjualan buku 100% menjadi milik pribadi.
Bisa juga menyalurkan buku melalui distributor, tapi harus mau berbagi keuntungan. Kebanyakan distributor meminta 50% dari harga buku sehingga harga jualnya lebih mahal. Penulis juga harus punya modal besar untuk mencetak buku dalam jumlah banyak agar bisa disebarkan di seluruh toko buku.
Bila penulis mengantongi tiga unsur di atas, maka peluang meraup rupiah melalui jalur self publising Indonesia sangatlah besar. Apalagi jika bukunya best seller, maka keuntungan yang diperoleh bisa sampai milyaran rupiah dalam waktu yang relatif singkat. Bukankah hal ini menggiurkan?