Matahari sudah lama beranjak dari pembaringan sejak tiga jam lalu, tetapi rasa kantuk yang menyerang Dita pagi ini, tidak mampu membuatnya bergeming dari ranjang di kamarnya. Dita tahu matahari telah bangun dengan sempurna, meski Ia tidak menengok keluar jendela. Posisinya masih sama, masih memunggungi arah datangnya cahaya.
Kamarnya yang terletak dilantai dua rumah, memang jarang terjamah oleh seisi penghuni. Padahal, letaknya tepat di atas ruangan yang sering dipakai untuk berkumpul keluarga dan menyantap masakan sang mama.
“Di……ta……,”
“Diiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……………..taaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriakan nyaring wanita separuh baya, namun tetap terlihat cantik dan molek, memecah keheningan di pagi hari.
“Taaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……………………. Sudah hampir jam 11, katanya mau ke salon,”
“Iii….ya…. Ma.. bentar lagi, hooaaammmmmmm,” jawabnya malas-malasan. Tangannya mencoba meraba dan mencari hpnya yang dibiarkan tergeletak di atas tumbukkan novel di lantai kamar. Dita memencet satu tombol, dan layar hp seketika membuat mata Dita harus kembali tertutup, cahaya yang datang tiba-tiba membuat matanya kaget. Dita membuka mata perlahan, dan melihat apakah ada pesan singkat, atau pesan di line dan WeChat yang bisa membuatnya bersemangat.
“Hmmm….. sudah pukul 10:45, kenapa tidak ada pesan yang masuk ya? Biasanya sudah ratusan pesan yang masuk di grup line dan WeChat. Hoooaaaaaaaaaaaaaaaaaaammmmmmmmm”
Bukannya bangun dan membereskan kamarnya yang berantakkan hasil kerjanya semalam. Dita malah kembali menarik selimutnya, mempererat pelukannya pada guling, dan kembali terlelap jauh meninggalkan kamar tidurnya menuju dunia mimpi.
“Astaaaaggggggggggggggggggaaaaaaaaaa….. Anak perawan mama, bukannya bangun, malah lanjut lagi tidurnya. Diiii…ttaaaa…. Ya Allah, bangun nak, sudah lewat Dzuhur. Sholat dulu. Memang kamu tidur jam berapa?”
Dita hanya bisa nyengir, sambil nahan kantuk yang masih tidak bisa diusir pergi.
“Kenapa kamar kamu berantakkan begini nak? Kamu nulis lagi ya?” tegur mama, sambil membereskan tumpukkan buku dan novel serta beberapa kertas yang dipakai Dita untuk membuat plot-plot cerita di tulisan yang disebutnya Welcome to My world.
“Sekarang bangun, mandi dan sholat, bakal batal lagi ke salonnya kalau gini,”
Dengan rasa kantuk yang masih tersisa dipelupuk mata, Dita kembali meraih handphone-nya. Tidak ada satu-pun pesan yang dijumpainya di ujung layar. Dengan malas, Dita turun meninggalkan mamanya yang masih terus berkicau sambil membereskan jejak-jejak petualangannya semalam.
Menyambar hantuk, lalu masuk ke kamar mandi. Sebelum mandi, Dita memilih duduk dibangku kecil miliknya, untuk mengumpulkan nyawa. Tangannya menyentuh air, dingin dan menyejukkan.
“Hoooaaaaaaaaaaaaaaaaaaaammmm,………… hooooooaaaaaaaaaaaaaaaaaaam”
Dita berkali-kali menguap, mencoba menghilangkan kantuk dengan mengusap air dingin ke mukanya. Bukannya kantuk menghilang, malah menyerbunya membabibuta. Dita-pun tertidur dengan sukses di dalam kamar mandi.
“Karina… lihat kakak kamu dimana?”
“Memangnya kakak kemana ma?”
“Itu dia, mama ga tahu. Tadi sejam lalu mama bangunin, dan kakak kamu langsung turun entah kemana,”
“Ma…mama,… mamaaaaa….,”
“Kenapa sih Ndi? Ga usah teriak-teriak gitu dong. BERISIK!!”
“Ma..Andi mau pipis nih?”
“Trus….koq teriak-teriak? Kamu sudah besarkan? Sudah kelas 3 SMA, masa mau mama temenin ke kamar mandi lagi, ada-ada aja kamu Ndi,”
“Iya nih, kak Andi buat mama panik. Kalau mau pipis kan tinggal masuk ke kamar mandi, susah banget,”
“MAMA… kalau itu Andi tahu ma, tapi….”
“Cieyussss….???” Sambung mama dengan nada menggoda.
“Ada orang di kamar mandi Ma, sejak sejam lalu. Ga keluar-keluar. Siapa sih ma?”
“AAahhhhhhhhhhhhhhh,” tampang mama seketika jadi bloon dan bengong.
“Masa sih? Perasaan ga ada orang deh yang datang untuk pinjam kamar mandi”
“MAMA…Andi serius, sudah mau pipis nih, koq malah dibecandaiin sih,”
“Jangan-jangan….jangan-jangan,”
“Jangan-jangan kenapa ma,” karina ikutan penasaran.
“jangan-jangan….,” sambil menghambur ke kamar mandi, mama masih memasang tampang bloon. Andi dan Karina mengikuti langkah mama ke kamar mandi.
“DIIITTAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…” panggil mama sambil menggedor pintu kamar mandi.
Dita yang terbangun kaget, karena teriakan mama yang bisa memecahkan gendang telinga siapa saja yang dengar dari jarak yang dekat. Belum sempat berdiri, kaki Dita tergelincir dan Dita terjatuh di lantai kamar mandi yang kembali mengering. Rasa kantuk hilang dan menguap seketika.
“ADUuuuuhhhhhhhhhhhhh, gara-gara Mama nih, kenapa teriak-teriak sih?”
Dita membuka pintu kamar mandi sambil memegang kakinya yang tergelincir.
“Astaga…naga.. putri mama yang cantik, malah belum ngapa-ngapain. Pasti tidur lagikan?”
Belum sempat Dita menjawab, Andi menghambur masuk ke kamar mandi, menyenggol Dita yang sedang memegang kakinya yang lebam.
“Maaf kak, sudah diujung tanduk nih,”
“Mama cariin kemana-mana, eh malah nongkrong di kamar mandi,” sembur mama sambil geleng-geleng.
Karina yang tadi ikut mengekor dibelakang mama, tersenyum geli melihat kakak sulungnya yang tertidur di kamar mandi.
“Akhirnya, pipis juga. Kakak bisa tidur dimana saja ya? Kakak hebat, selain jadi penulis, kakak juga bikin rekor baru, tidur di kamar mandi selama sejam lebih,” ujar Andi sambil berlalu.
“Huuuu, dasar. Ini pasti gara-gara kamu ya Ndi. Kakak sampai tergelincir gini,”
“Weits, ga usah salahin orang. Mandi sana. Sudah siang, nanti shalatnya kelewat,” tanpa membantah Dita masuk lagi ke kamar mandi.
“Tapi, jangan tidur lagi ya,” goda mama sebelum Dita menutup kamar mandi
Setelah mandi, Dita kembali melangkah ke kamarnya. Mengenakan baju, shalat, dan kembali meraih handphone-nya. Layar kosong melompong kembali menyapa mata Dita kala mencoba menyisir setiap bagian layar.
“Orang-orang pada kemana sih? Padahal ini baru tanggal 2, awal bulan biasanya pada ribut,” Seketika Dita mengingat sesuatu, saat tangannya meraih tanggalan meja di atas rak bukunya.
“Astaga… masa aktif internetanku habis ternyata hari ini, pantas ga ada pesan,” tawanya pecah sambil geleng-geleng.
Rasa kantuk kembali menyerang pelupuk matanya, Dita-pun kembali mengambil posisi di atas tempat tidurnya.
“HOoooooooooaaaaaaaaaaaaaaaaaaaMMMMMMMMMMMM” uapan besar, membawanya kembali ke dunia mimpi.
Sehari dengan dunia Mimpi.