Hanya Orang Jujur Yang Berhak Juara

Oleh: Rahmat Hidayat Nasution

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, bahwa RasulullahSaw. Bersabda: “Segala amal kebajikan anak Adam dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh hingga 700 ganda. Allah SWT. berfirman:“Kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku memberikan pembalasan(pahala) kepadanya…”

Hadis  diatas  menjelaskan  bahwa  puasa  memiliki  nilai istimewa  dari ibadah- ibadah lainnya. Karena orang puasa harus dituntut jujur. Kalau berbohong atau melakukan  tindakan  tercela  akan  ketahuan  oleh  Allah,  sekalipun  amaliah puasanya sah tapi pahala ibadah puasanya gugur dikarena melakukan bohong. Inilah yangdisinggung Rasulullah dalam haditsnya,“Berapa banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya lapar dan dahaga”.

Iya,secara pelaksanaan puasanya sah tapi dari sisi amal ada hal yang menggagalkannya.  Maka,yang berhak meraih juara dalam menjalankan ibadah puasa adalah orang yang jujur. Jujur segala anggota tubuh dan jujur hatinya. Dan dari hasil kejujuran  inilah ia layak disebut sebagai orang yang bertaqwa (muttaqin).

Demikianhalnya jika kita ingin meraih kesuksesan apa pun.Kita harus jujur. Karena disembunyikan sekalipun akan tetap ketahuan. Ada sebuah cerita yang dituliskan JamilAzzaini dalam buku“Menyemai Impian, Meraih Sukses Mulia”. Cerita ini adalah kejadianyang dialami pengarang buku tersebut.Pada bulan September-Oktober  2003,  istri saya  terbaring  sakit,  kata  jamil,  di salah  satu rumah sakitdi Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi penyakitnya. Sedihnya dia juga sedang hamil 8 bulan. Karena suhu tubuhnya meninggi,satu pekan terakhir ia harus dirawat di ruang ICU. Sekujur tubuhnya dipenuhi kabel-kabel yang disambungkan ke sebuah monitor.

Suatu pagi, lanjut Jamil, saya dipanggil dokter yang merawat isteri saya.Sang dokter berkata:“PakJamil,kami mohon izin untuk mengganti obat ibu”.Saya pun menjawab  dengan balik  bertanya,  “Mengapa  dokter meminta  izin saya?” “Karena  obat  yang  ini  mahal,  Pak  Jamil”,  jawab  dokter.  “Memang  harganya berapa, Dok?”tanya saya.“ Dua belas juta rupiah sekali suntik”,dokter menjawab dengan mantap.“Hah dua belas juta rupiah? Lantas sehari berapa kali suntik Dok!”kembali Jamil nanya.  “Sehari tiga kali suntuk Pak Jamil,”  jelas Dokter. “Berarti satuhari tiga puluh enam juta ya,Dok?” sambil menghela napas, tak terasa air mata saya, kata Jamil, meleleh.“Dokter tolong usahakan sekali lagi temukan penyakit isteri saya, sementara saya akan berdoa pada Yang Maha Kuasa agar penyakit isteri saya segera ditemukan,”mohon Jamil kepada Dokter.

“Pak Jamil, kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan berbagai laboratorium,dan penyakit isteri Bapak tidak bisa kami deteksi secara tepat. Kami harus sangat hati-hati memeberi obat karena isteri Bapak juga sedang hamil 8 bulan. Kami akan coba satu kali lagi tapi kalau tidak dapat ditemukan penyakitnya kamu harus mengganti obatnya, Pak,”jawab dokter.

Setelah  percakapan  usai,  Jamil  langsung  pergi  menuju  mushalla  kecil  dekat ruang ICU.Ia shalat dan berdoa, mengadu kepada Allah. Saat sedang berdoa, tiba-tiba  ia  terbesit  dalam  ingatan  kejadian  puluhan  tahun  lalu.  Ketika  itu, keluarga  orang  tua  Jamil  hidup  dalam  serba  kekurangan.  Pernah  dalam beberapa bulan Jamil belum membayar biaya sekolah yang hanya Rp 25 per- bulan.

Akhirnya, Jamil memberanikan diri mencuri  uang ibunya yang hanya Rp 125. Ia ambil uang itu,sebagian digunakan untuk membayar SPP, sebagian lagi digunakannya untuk jajan. Saat ibunya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil melantukan kata,”Pokoknya yang ngambil uangku kualat…yang ngambil uang kukualat…” Uang itu ternyata disimpan ibunya untuk digunakan membayar utang.  Melihat  reaksi  ibunya,  Jamil  hanya  terdiam  dan  tak  berani  mengaku bahwa ia yang mengambil uang itu.

 

Usai berdoa, Jamil merenung dan berpikir.“Jangan-jangan inilah hukum alam dan   ketentuan   Allah   bahwa   bila  saya   berbuat   keburukan,   saya   akan memperoleh keburukan.”Setelah menarik napas panjang,segeralah ditekannya nomor  telepon   rumah   dan   ibunya   sedang   ada   di  rumahnya.   Setelah mengucapkan salam dan bertanya tentang anak-anaknya yang ditemani ibunya, Kemudian Jamil pun mengingatkan peristiwa bagi ibunya yang hilang dulu dan dia mengakui  bahwa  ia  yang  mencurinya.  Mendegar  cerita  itu,  ibunya  langsung berdoa,”Ya Allah pernyataanku aku cabut! Yang ngambil uangku tidak kualat. Aku maafkan dia.“Setelah memastikan bahwa ibu sudah memaafkan, segera diakhiri percakapan dengan ibunya. Tak lama kemudian, ia dipanggil oleh dokter. ”Selamat Pak, penyakit isteri Bapak sudah ditemukan,infeksi pankreas. Ibu telah kami obati dan panasnya telah turun”.

 

Dengan  membaca  cerita  Jamil  di  atas,  dapat  kita  tarik  kesimpulan  bahwa kejujuran  melahirkan  kemenangan  dan  kesuksesan.  Jamil  menang  karena penyakit  isterinya  sudah  ditemukan  dan  Ia  juga  sukses  karena  ia  mampu mengakui  kesalahannya.  Jamil  pun  jadi  Juara.  Tepat  sekali  jika  kujujuran menjadisalah satu kunci sukses.Apakah anda sepakat?

Leave a Comment