Jan Koum, Sang Pendiri WhatsApp

Saya pernah menulis sebuah artikel mengenai betapa seseorang harus betul-betul memahami menerapakan aplikasi ilmu yang dipelajarinya menjadi sesuatu yang bermanfaat dan menghasilkan. Titel ataupun gelar serta selembar ijazah jangan sampai dijadikan acuan dalam meraih suatu kesuksesan. Mengharuskan menjadi seorang sarjana, sama saja membuka kran besar dalam terburu-buru menjadi seorang yang memiliki title tanpa didukung oleh ...

Saya pernah menulis sebuah artikel mengenai betapa seseorang harus betul-betul memahami menerapakan aplikasi ilmu yang dipelajarinya menjadi sesuatu yang bermanfaat dan menghasilkan.

Titel ataupun gelar serta selembar ijazah jangan sampai dijadikan acuan dalam meraih suatu kesuksesan. Mengharuskan menjadi seorang sarjana, sama saja membuka kran besar dalam terburu-buru menjadi seorang yang memiliki title tanpa didukung oleh peahaman ilmu yang menyeluruh.

Bukannya saya ingin mengajak Anda untuk berlama-lama di bangku kuliah. Namun lihatlah dari perspektif yang lebih luas, bahwa dunia pendidikan sesungguhnya adalah sebuah wadah dalam menciptakan manusia-manusia terampil, mampu berkreasi lebih banyak, serta memiliki naluri kuat dalam mengekspolarasi bakat.

Bahkan, banyak orang-orang berpengaruh di belahan dunia ini yang memiliki pemikiran sedikit lebih ‘ekstrim’ dimana mereka meninggalkan bangku kuliah. Namun, semangat untuk mengembangkan diri lewat penggalian kemampuan yang tersimpan terus menerus dilakukan secara otodidak.

Jan Koum

Seperti yang terjadi pada seorang Jan Koum. Namanya mungkin sedikit kurang tenar bila dibandingkan dengan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. Namun, bila Anda pernah mendengar atau menggunakan WhatsApp, Anda tentu mengenalnya. Ya, dia adalah pendiri aplikasi pesan untuk smartphone dengan basic mirip BlackBerry Messenger.

Jan Koum adalah seseorang yang tidak mampu meraih gelar sarjana apapun. Ia memutuskan untuk mengembangkan hobinya dalam mengutak-atik sebuah program dengan cara belajar sendiri (otodidak). Ia kemudian tumbuh menjadi seorang programmer yang handal dan bekerja pada Yahoo! Selama 10 tahun lamanya.

Lewat bantuan seorang rekannya yang sama-sama bekerja untuk Yahoo!, mereka menciptakan WhatsApp setelah mereka memutuskan untuk keluar dari Yahoo!. Siapa sangka, aplikasi WhatsApp ternyata digandrungi oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Pada tahun 2014, 5 tahun setelah mereka ditolak bekerja di Facebook, aplikasi WhatsApp tersebut dibeli dengan nilai fantastis sebesar Rp. 224 triliun oleh Facebook.

Jan Koum merupakan satu diantara orang-orang yang berani menemukan dan mengembangkan bakat serta kemampuan dengan caranya sendiri sehingga menghasilkan sesuatu yang brilian. Dan keputusannya untuk drop out (DO) dari bangku kuliah, membuahkan hasil yang mencengangkan.

Ditulis oleh : https://www.facebook.com/mohasriady.mulyono

Yanti

More from Penulispro.net Blog

Sejarah kemasan Produk

Ini Dia Ringkasan Sejarah Perkembangan Kemasan Produk dari Masa Ke Masa

Selamat datang, para pembaca setia sahabat Penulispro! Kali ini, kita akan membahas sesuatu yang mungkin sudah sering kita temui sehari-hari, namun jarang kita perhatikan ...
Kerja Shift Dalam Jangka Lama

Sistem Kerja Shift Dalam Jangka Lama Dapat Menguras Otak?

Sistem kerja shift atau tanpa standar waktu yang tetap selama bertahun-tahun ternyata memiliki pengaruh untuk otak. Memiliki pekerjaan yang menggunakan sistem shift kadang bukan ...

5 Pengobatan Kuno yang Dapat Meningkatkan Kesehatan dan Kebersihan

Penulispro.net – Pengobatan kuno seperti “oil pulling” dan pijat Shirodhara mungkin belum sering kita dengar di Indonesia. Namun pengobatan seperti itu saat ini sudah ...

Leave a Comment